Kemlu pantau sikap Belanda dan Brasil usai penarikan dubes
Merdeka.com - Kementerian Luar Negeri menyatakan duta besar Belanda dan Brasil untuk Indonesia telah kembali ke negara masing-masing. Para diplomat itu segera pulang setelah terjadinya proses eksekusi 6 orang terpidana mati, yang di antaranya adalah warga negara mereka.
"Dubes Brasil dan Belanda ditarik pulang ke negara mereka masing-masing pada Minggu (18/1). Surat dari Brasil diberikan kepada Indonesia pada Minggu pagi, sedangkan Belanda pada Senin dini hari," kata Juru Bicara Kemlu, Arrmanatha Christiawan Nasir, di ruang Palapa saat jumpa pers di Jakarta, Senin (19/1).
Kuasa Usaha Indonesia untuk Belanda, Ibnu Wahyutomo, kemarin langsung dipanggil pemerintah Negeri Kincir Angin mengenai rencana pemanggilan pulang dubes dalam rangka konsultasi selama beberapa minggu. Pemanggilan kedua Dubes tersebut langsung dilakukan oleh pemerintah masing-masing negara.
Mengenai kemungkinan memburuknya diplomasi atau hubungan bilateral antara Indonesia dan dua negara tersebut, ditepis langsung oleh Direktur Jendral Amerika dan Eropa (Amerop) Dian Triansyah Djani.
"Terlalu cepat untuk berspekulasi tentang dampak, kita lihat saja dulu nanti. Harapan kita hal ini tidak berdampak pada hubungan kerja sama antar negara karena ini situasi berbeda," ujarnya.
Sebelumnya di Istana Negara, Menteri Luar Negeri Retno L.P Marsudi meluruskan istilah penarikan dubes yang sempat mengemuka. Dia mengatakan Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan. Yang dilakukan Brasil dan Belanda adalah meminta keterangan para dubesnya kenapa eksekusi tetap dilakukan, dan ini lebih terkait gestur politik dalam negeri masing-masing.
"Yang terjadi adalah pemanggilan ke Ibu Kota (Belanda dan Brasil) untuk melakukan konsultasi," kata Retno.
"Kita tidak pernah bertentangan dengan negara lain, dan ini masalahnya adalah law enforcement dari sebuah negara berdaulat untuk memerangi kejahatan serius yaitu kejahatan narkotika," imbuh menlu.
Pada Minggu pekan lalu, pemerintah Indonesia mengeksekusi enam terpidana mati, lima di antaranya WNA. Keenam terpidana mati berasal dari Malawi, Nigeria, Belanda, Brasil, Vietnam.Keputusan Presiden Jokowi yang kukuh menolak grasi terpidana mati jadi sorotan media massa dunia, seperti Telegraph, CNN, maupun Reuters.
(mdk/ard)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aturan mengenai batas usia Capres-Cawapres digugat ke MK pda Senin (21/7).
Baca SelengkapnyaJumlah panen raya saat ini sangat melimpah, namun karena cuaca yang tidak mendukung menyebabkan waktu panen yang singkat.
Baca SelengkapnyaMantan Pemain Timnas Indonesia Banting Setir Jadi Pembudidaya Ikan, Ajak Masyarakat Sukses Bersama
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah mempertimbangkan untuk menghentikan sementara penyaluran bantuan pangan beras saat hari tenang hingga pencoblosan pemilu yakni 11-14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaDireksi Sepatu Bata Temui Pejabat Kemenperin, Ungkap Alasan di Balik Tutupnya Pabrik Berusia 20 Tahun
Baca SelengkapnyaDebat ketiga capres bertema pertahanan dan keamanan, hubungan internasional dan globalisasi, serta geopolitik dan politik luar negeri.
Baca Selengkapnya446.219 prajurit TNI secara serentak di seluruh Indonesia dikerahkan untuk mendukung kelancaran pesta demokrasi jelang hari pencoblosan 14 Februari.
Baca SelengkapnyaPasangan capres dan cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD mengusung visi Gerak Cepat Indonesia Unggul
Baca SelengkapnyaMenurut Hasto PDIP, Ganjar mampu menurunkan angka kemiskinan dengan sumber dana yang tidak sebanyak DKI Jakarta.
Baca Selengkapnya