Film 'Tilik' Viral, Begini di Balik Layar Proses Pembuatannya yang Penuh Perjuangan
Merdeka.com - Sebuah film garapan sineas Yogyakarta, Wahyu Agung Prasetyo bersama Ravacana Films mendadak viral beberapa hari belakangan ini.
Film berjudul Tilik yang diproduksi pada 2018 ini berhasil menyita perhatian publik lantaran memiliki cerita yang ringan dan dekat dengan masyarakat. Selain itu, akting dari para pemainnya nampak begitu luwes.
Film yang mendapat penghargaan Piala Maya 2018 untuk kategori Film Cerita Pendek Terpilih ini menceritakan serombongan ibu-ibu desa yang hendak menjenguk Bu Lurah di rumah sakit. Namun selama dalam perjalanan, salah satu tokoh utama film ini yakni Bu Tejo terus menerus mencibir seorang kembang desa bernama Dian.
Sosok Bu Tejo ini lah yang paling banyak menjadi sorotan netizen. Bahkan nama Bu Tejo menjadi trending di di Twitter sejak film ini tayang perdana di Youtube pada 17 Agustus 2020 lalu.
Mendapat perhatian banyak dari masyarakat, berikut cerita di balik layar proses pembuatan film Tilik.
Diambil dari Fenomena yang Dekat dengan Masyarakat
Dilansir dari sebuah video yang diunggah di kanal Youtube Ravacana Films bertajuk Film Pendek - TILIK (2018) Cerita di Balik Layar, sang sutradara mengungkap latar belakang tercetusnya ide menggarap film berbahasa Jawa ini.
Film ini diangkat dari fenomena yang dekat dengan masyarakat yakni Tilik yang berarti menjenguk dalam bahasa Indonesia.
"Waktu dikasih tahu sama penulisnya, Bagus Sumartono, akhirnya saya tertarik buat lihat, observasi. Setelah melihat langsung rasanya kayak klik melihat fenomenanya. Itu yang membuat saya pikir ini harus difilmkan, dirangkai dalam audio visual," kata Wahyu Agung Prasetyo sang sutradara.
Selain itu, Ia juga mengungkapkan jika film ini dianggap penting diproduksi lantaran di era digital ini kerap kali diterpa dengan berita hoax. Sehingga, Ia ingin membahas tentang isu hoax yang sudah mulai masuk ke masyarakat desa.
Youtube/Ravacana Films ©2020 Merdeka.com
Butuh Waktu Panjang untuk Mencari Lokasi Syuting
Produksi film berdurasi 32 menit 34 detik ini harus melewati proses yang cukup panjang. Menurut sang produser Elena Rosemeisara, timnya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencari lokasi syuting yang tepat.
"Untuk spotting location itu kita butuh hari yang lebih panjang. Aku mengestimasi seminggu bisa lock, ternyata enggak. Kita berulang kali ke desa, berulang kali muterin dari jalan desa menuju kota itu berulang kali. Bahkan, ketika akhirnya lock itu masih ada tambahan-tambahan yang kayaknya itu belum pas aja gitu," tuturnya
Youtube/Ravacana Films ©2020 Merdeka.com
Libatkan Belasan Ibu-Ibu
Penggarapan film Tilik ini melibatkan belasan ibu-ibu yang baru bermain film.
Sang sutradara mengatakan bahwa keterlibatan warga setempat dalam film ini bertujuan untuk mengenalkan proses pembuatan film dan memberikan pengalaman bermain film kepada mereka.
"Di luar main talent kita melibatkan banyak ekstras, supporting talent seperti Mas Gotrek. Dia seorang sopir truk yang baru pertama kali main film, cuma punya basic main ketoprak. Lucunya ketika kita reading dia kaku banget, tapi ketika sudah di set, dia luwes banget," kata sang sutradara.
"Pemain-pemain ekstras yang lain yang ada di truk itu semua baru pertama kali main film. Memberi itu kan enggak selalu soal materi, tapi juga pengetahuan. Itu jadi strategi, kita ajak orang kampung buat main film, untuk ngasih pengalaman dan pengetahuan mereka juga," tambahnya.
Youtube/Ravacana Films ©2020 Merdeka.com
Pengalaman yang Sangat Menantang
Sang sutradara juga mengungkapkan bahwa menggarap road movie merupakan sebuah pengalaman seru yang sangat menantang. Kerja sama antar tim juga sangat dibutuhkan selama proses syuting.
"Asyik karena kita selalu berpindah tempat. Cuma memang tantangannya di traffic di alam yang membutuhkan energi besar. Koordinasi nomor satu yang sangat penting karena kita berhubungan jarak jauh di titik A dengan B," jelas Wahyu.
Youtube/Ravacana Films ©2020 Merdeka.com
Sempat Mengalami Kendala
Berbagai kendala sempat dialami saat proses produksi film ini, salah satunya cuaca yang tak bersahabat.
"Jadi ada momen waktu proses syuting itu hujan. Di hari ketiga pula yang harusnya besoknya sudah selesai. Otomatis itu membuat schedule kita berantakan, cari cara gimana enggak overtime. Strateginya kita lakukan di hari ke empat membuat split team. Astrada take di scene yang satu, sutradara take di scene lainnya," kata Elena Rosemeisara, produser film ini.
Youtube/Ravacana Films ©2020 Merdeka.com
(mdk/anf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dulu gambar toong sempat viral di masanya, anak-anak yang ingin menonton diharuskan membayar sebesar Rp5 sampai Rp10 rupiah
Baca SelengkapnyaDengan durasi sekitar 60 menit, "Loetoeng Kasaroeng" diadaptasi dari cerita rakyat Sunda yang populer.
Baca SelengkapnyaPolisi meminta bantuan semua pihak termasuk orang tua pada DPO agar menyerahkan pelaku jika mengetahui keberadaannya.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Seniman ukir daun ini buat lukisan tokoh-tokoh terkenal dari daun kering, hasil tangannya menakjubkan dan viral.
Baca SelengkapnyaFilm layar lebar apa saja yang sukses besar dari segi penjualan tiketnya?
Baca SelengkapnyaDalam kasus ini, sudah delapan orang menjalani proses persidangan dan divonis dengan hukuman berbeda.
Baca SelengkapnyaPerekam video mendapati beberapa pekerja proyek jembatan sedang tertidur di atas aspal pada subuh hari.
Baca SelengkapnyaSiskaeee dua kali gagal diperiksa polisi dalam kasus film porno
Baca SelengkapnyaFilm berlatar horor itu terinspirasi dari kisah nyata berjudul 'Sinden Gaib'.
Baca Selengkapnya