Kerap Diputar saat Idulfitri, Ini Makna Lagu 'Selamat Lebaran' Karya Ismail Marzuki yang Ternyata Penuh Sindiran
Lagu ini rupanya berisi sejumlah sindirian
Lagu ini rupanya berisi sejumlah sindirian
Minal aidin wal faizin, maafkan lahir dan batin. Selamat para pemimpin, rakyatnya makmur terjamin. Itulah sepenggal lirik lagu “Selamat Lebaran” yang dipopulerkan oleh Ismail Marzuki.
Lagu ini tentu tidak asing di telinga selama bulan Ramadan hingga hari raya Idulfitri.
Dalam liriknya sebagian besar menceritakan tentang suasana lebaran, di mana warga bereuforia dengan membeli baju lebaran.
Namun tahu kah Anda bahwa di balik lagu tersebut, Ismail Marzuki ingin menyampaikan pesan sindiran. Di bagian akhir, nada sindiran semakin tajam dan ditujukan ke pada pihak-pihak tertentu.
Berikut fakta lagu Selamat Lebaran selengkapnya.
Mengutip buku “Ismail Marzuki: Senandung Melintas Zaman” banyak lagu-lagu yang dibuat seniman kelahiran Kampung Kwintang, Senin 11 Mei 1914 ini yang bernada kritik tajam.
Lagu Selamat Lebaran bahkan disebut jadi salah satu kritik tajamnya. Bagaimana tidak, kala itu warga dengan ekonomi bawah ikut memaksa merayakan lebaran dengan bermewah mewahan.
Sedangkan orang kota meramaikan lebaran dengan berjudi dan mabuk-mabukan.
Dari segala penjuru mengalir ke kota
Rakyat desa berpakaian baru serba indah
Setahun sekali naik terem listrik perey
Hilir mudik jalan kaki pincang sampai sore
Akibatnya tengteng selop terompe
Kakinya pada lecet babak belur berabe.
Cara orang kota berlebaran lain lagi
Kesempatan ini dipakai buat berjudi
Sehari semalam maen ceki mabuk brendy
Pulang sempoyongan kalah main pukul istri
Lagu ini juga menyindir negara yang masih kerepotan mengatur sistem perpolitikannya pasca kemerdekaan. Ini sesuai dengan tahun lagu dibuat, yakni paruh tahun 1950-an.
Kala itu, negara Indonesia masih harus bangkit secara ekonomi pasca perang. Ini membuat banyak masyarakat yang tidak sejahtera dan kesulitan ekonomi.
“Selamat para pemimpin, rakyatnya Makmur terjamin,”
Mengutip Liputan6, Ismail Marzuki merupakan salah satu sosok yang turut memperjuangkan kemerdekaan dan kebebasan berpendapat melalui karya seni. Dari upayanya ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menetapkannya sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2004.
Ismail Marzuki diketahui menikah dengan Eulis Zuraida. Pernikahan ini dimulai setelah dirinya menciptakan lagu berjudul lagunya berjudul "O Sarinah" dan menjadi hits di radio pada saat itu.
Sang musisi legendaris itu kemudian berpulang pada 25 Mei 1958 di Kampung Bali, Jakarta Pusat. Namanya lantas diabadikan sebagai pusat kesenian di kawasan Cikini, yang bernama Taman Ismail Marzuki atau TIM.
Ucapan Idulfitri merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Hari Raya Muslim yang penuh makna.
Baca SelengkapnyaMemaafkan tidak sekedar berucap, tetapi juga harus didasari dengan keikhlasan.
Baca SelengkapnyaDi balik lagu kebangsaan Singapura, ternyata ada andil pria berdarah Minang.
Baca SelengkapnyaKetupat tak hanya sekedar panganan bagi masyarakat di Serang, tetapi mengandung makna nilai keislaman.
Baca SelengkapnyaKorban sempat cekcok dengan istrinya hingga sang istri meninggalkannya.
Baca SelengkapnyaMomen Lebaran adalah waktu yang penuh dengan kebahagiaan dan sukacita.
Baca SelengkapnyaBerikut kumpulan pantun ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri 2024.
Baca SelengkapnyaAksi kocak kedua anak Ucok Baba yakni Nabila dan Atha Ammar langsung mencuri perhatian.
Baca Selengkapnya