Mengenal Hajat Gantangan, Tradisi 'Utang' Unik Asal Subang
Merdeka.com - Tradisi gotong royong memang selalu identik dengan masyarakat pedesaan di seluruh wilayah Indonesia. Biasanya kegiatan tersebut akan berupaya membantu orang lain atau masyarakat yang sedang mengalami kesusahan seperti yang terdapat di tradisi Gantangan, Kabupaten Subang.
Dalam kegiatannya, masyarakat di kawasan Pantura tersebut memiliki tradisi ‘ber-utang’ yang kerap digunakan untuk kepentingan acara pribadi seperti hajatan, pembangunan rumah maupun syukuran keluarga.
Seperti dilansir dari kanal Budaya Indonesia, Gantangan biasanya dilakukan secara kolektif oleh masyarakat pedesaan di kawasan Pantura, Kabupaten Subang sebagai modal penyelenggaraan dari sang pemilik hajat.
Merupakan Bentuk Patungan Ala Masyarakat Desa
©2014 Merdeka.com/shutterstock.com/Club4traveler
Dalam prosesinya, tradisi gantangan akan dipandu oleh tokoh masyarakat di sana untuk menentukan pola peminjaman sesuai kesepakatan. Mula-mula tokoh masyarakat tersebut mengumpulkan para masyarakat untuk bermusyawarah di rumah sang pemilik hajat yang membutuhkan bantuan.
Di sini peran tokoh masyarakat adalah membentuk panitia untuk mencari anggaran dengan berkeliling ke rumah-rumah di kawasan tersebut. Biasanya panitia yang berkeliling akan membawa wadah khusus bernama ‘Gantang’.
Selain itu, peran panitia juga mencatat sumbangan dan besaran angka dari para warga sehingga bisa dijadikan sebagai catatan bagi pemilik hajat sebagai bentuk hutang yang bisa diganti bayarkan di kemudian hari jika masyarakat lainnya memiliki hajatan.
Menyumbang Komoditas untuk Kebutuhan Hajatan Masyarakat Desa
Pada pelaksanaannya, masyarakat setempat bisa menyumbangkan beragam kebutuhan dari sang pemilik hajat seperti beras, bahan pokok kebutuhan hajat (sayur mayur, telur, daging hingga bumbu dapur) dan lainnya.
Namun biasanya masyarakat setempat akan berupaya menyumbangkan beras miliknya dengan nilai sumbangan minimal 5 liter untuk setiap orangnya. Kedepan pemilik hajat wajib mengganti sumbangan tersebut sesuai dengan angka, maupun bentuk sumbangannya.
Memiliki Nilai Ekonomi di Masyarakat yang Membutuhkan Secara Mendesak
Salah satu hal yang menarik dari tradisi gantangan adalah terdapatnya nilai ekonomi di tengah masyarakat. Biasanya para warga akan terbantu ketika membutuhkan biaya untuk keperluan yang mendesak.
Melansir dari buku Gantangan : Potret Pertukaran Sosial di Pedesaan via www.researchgate.net, masyarakat di kawasan tersebut lebih suka menganggap tradisi itu sebagai ‘arisan’. Mengingat masyarakat akan menerima dan mengembalikan sejumlah uang dari anggota masyarakat lainnya di satu periode tertentu.
Biasanya mereka menganalogikan gantangan sebagai makna pertukaran ekonomi yang bersifat tidak rugi dan tidak untung.
(mdk/nrd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam dan bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
Baca SelengkapnyaTradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Baca SelengkapnyaTradisi ini unik, karena uang sumbangan jenguk bisa untuk membeli kendaraan
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita.
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaTopeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaSelain dengan cara melihat hilal untuk menetapkan Bulan Ramadan, di Gorontalo memiliki tradisi yang unik dan berlangsung secara turun-temurun.
Baca SelengkapnyaHadi menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
Baca Selengkapnya