Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan
Masyarakat di Desa Surawangi, Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, memiliki tradisi memanggil hujan bernama Babangkongan. Uniknya tradisi ini dilakukan oleh warga sekitar dengan melakukan gerakan seperti katak.
Babangkongan sendiri menurut bahasa Sunda memiliki arti menyerupai katak. Ini berasal dari kata bangkong yang berarti katak sawah.
Ritual ini secara turun temurun dijalankan ketika memasukki musim penghujan, namun cuaca masih terik dan kondisi pertanian warga mengalami kekeringan. Babangkongan jadi salah satu hajat desa yang dihadiri oleh banyak orang.
Mengutip tulisan Lina Marliani Hidayat dari Program Studi Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Budaya Indonesia Bandung berjudul: Simbolisme Katak dalam Upacara Meminta Hujan Babangkongan di Desa Surawangi Kabupaten Majalengka, tradisi babangkongan sendiri sudah berjalan secara turun temurun.
Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
Terdapat tokoh adat serta masyarakat lokal yang menjalankan tradisi tersebut, dan diikuti oleh unsur masyarakat lainnya sebagai pengiring.
Tidak seperti kebanyakan tradisi daerah, babangkongan biasanya dilaksanakan mulai petang hingga tengah malam.
Setelah magrib, orang-orang sudah berkumpul di lokasi yang sudah ditentukan. Kemudian setelah waktunya ditentukan, pawang akan memantik acara dan memulainya.
Sepanjang pelaksanaan acara, pawang hujan yang memimpin akan membacakan doa-doa serta mantra agar hujan segera turun di wilayahnya. Selama pembacaan berlangsung, suasana mistis langsung terasa di lokasi.
Salah satu yang unik dari tradisi ini adalah adanya sisi peniruan hewan katak dari para pelaksana tradisi babangkongan.
Beberapa orang akan melakukan gerakan termasuk bersuara mirip katak. Orang-orang tersebut kemudian diarak.
Tidak alasan pasti dari peniruan ini karena sifatnya sebagai ritual adat. Namun katak biasanya akan berbunyi ketika hujan turun dengan harapan setelah dilaksanakannya ritual ini daerah tersebut langsung dibasahi oleh air hujan.
Tradisi kuno dan unik dari Karo Sumut ini dilakukan dengan diam-diam dan bertujuan agar sebuah keluarga bisa segera memiliki anak laki-laki.
Baca SelengkapnyaIni merupakan bentuk ikhtiar warga Sumedang setelah terjadi bencana gempa beberapa waktu lalu.
Baca SelengkapnyaNgalungsur Geni, tradisi turun-temurun pembersihan benda pusaka di Kabupaten Garut.
Baca SelengkapnyaBodho Kupat sendiri merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan masyarakat Lumajang ketika memasuki hari ketujuh Lebaran Idulfitri.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Jawa masih rutin melaksanakan tradisi tersebut sebagai bentuk penyucian diri.
Baca SelengkapnyaAdab menghormati serta memuliakan tamu itu sudah melekat pada diri orang di Indonesia, mereka dianggap sebagai 'raja'.
Baca SelengkapnyaSumando dimaknai oleh masyarakat Tapanuli Tengah sebagai sebuah kesatuan, yakni pertambahan atau percampuran antara satu keluarga dengan keluarga lainnya.
Baca SelengkapnyaBiasanya, tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
Baca SelengkapnyaTradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat Suku Serawai yang ada di Bengkulu yang dilaksanakan pada malam menjelang Idulfitri.
Baca Selengkapnya