Tragedi Matraman Renggut 10 Nyawa
Merdeka.com - 10 Orang tewas akibat kebakaran hebat di permukiman padat penduduk Jl. Pisangan Baru III RT.06/10, Matraman, Jakarta Timur, Kamis dini hari. Laporan mengenai peristiwa kebakaran tersebut diterima pada pukul 04.50 WIB.
"Objek yang terbakar rumah kontrakan lima pintu," kata Kasi Operasional Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelematan (Gulkarmat) Jakarta Timur, Gatot Sulaeman.
Pihaknya langsung menerjunkan sebanyak 14 unit mobil pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Gatot menerangkan bahwa penyebab kebakaran diduga berasal dari korsleting listrik. Menurut dia, berdasarkan keterangan warga di lokasi menyebutkan bahwa api sudah terlihat membesar.
"Saksi melihat api sudah menyala dengan besar, kemudian, para korban diduga terjebak ketika berusaha keluar menyelamatkan diri, bersama anak istri," ujar Gatot Sulaeman.
Salah satu korban selamat kebakaran di Jl. Pisangan Baru III, Matraman, Jakarta Timur, Nanang mengaku sempat menerobos kobaran api untuk menyelamatkan anak dan istri yang masih terjebak dalam musibah itu.
"Saya sempat nyiram seember. Anak saya gotong, tapi istri masih di dalam. Saya masuk lagi terobos api, saya tarik istri saya," ujar Nanang di lokasi.
Dia mengatakan saat itu dirinya terbangun karena mendengar teriakan kebakaran dari luar rumah kontrakannya. Kondisi saat itu api sudah mulai membesar dan membakar rumah kontrakan tetangga di sebelahnya.
"Di rumah tetangga itu api sudah keluar, di rumah saya belum," kata Nanang.
Nanang menambahkan bahwa saat itu dirinya sempat berusaha memadamkan api yang membakar sepeda motor yang terparkir. Namun karena kobaran api sudah membesar, ia pun memilih menyelamatkan diri dengan membawa anak dan istri terlebih dulu.
Dia mengatakan bahwa tetangga di samping rumah kontrakannya tidak bisa menyelamatkan diri karena api sudah telanjur membesar dan posisi rumah kontrakan berada di pojok gang buntu.
"Yang pojok sebenarnya bisa keluar. Mungkin karena masih tidur nyenyak," imbuhnya.
Tanggapan Anies dan Riza
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan meninjau langsung lokasi kebakaran. Anies mengatakan, peristiwa kebakaran yang menyebabkan 10 orang meninggal dunia itu berbeda dari kebakaran yang biasa terjadi, yaitu karena arus listrik atau pun kompor yang meledak. Sebab penyebab kebakaran kali ini diduga kuat karena motor yang terbakar.
"Peristiwa kebakaran ini agak berbeda dari yang biasa terjadi. Kali ini penyebabnya bukan listrik dan kompor tapi ada sebuah motor di luar rumah yang terbakar kemudian menutup gang sempit itu," katanya.
Dia mengungkapkan, di kampung tersebut sudah ada Satgas Anti kebakaran yang sering melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran karena arus listrik atau pun kompor. Sehingga, hal itu juga menambah keyakinan bahwa penyebab kebakaran bukan karena dua hal itu.
"Kita melakukan kampanye ada satgas di tiap kampung untuk mencegah kebakaran. memang yang paling sering terjadi itu kebakaran karena listrik dan kompor," ujarnya.
Meskipun begitu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu enggan berspekulasi lebih jauh terkait penyebab kebakaran. Dia telah meminta petugas kepolisian untuk mengusut penyebab kebakaran.
"Jadi untuk penyebabnya, dan lain sebagainya biar polisi yang menangani. Intinya dari sisi pencegahan, terutama kebakaran karena listrik dan gas akan terus kita galakkan," terangnya.
Dia mengatakan, terpenting saat ini yaitu bantuan antisipasi kebutuhan kepada para korban kebakaran tersebut. "Sekarang kita pastikan pengontrak yang terbakar memiliki tempat penampungan sementara, jumlahnya 10 orang. Mereka kita fasilitasi tinggal beberapa Minggu ke depan untuk seluruh kebutuhannya," kata Anies.
Selain itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut untuk dokumen-dokumen penting akan diganti. Sementara itu, Anies mengatakan peristiwa kebakaran ini merupakan musibah yang sangat berat. Sebab menyebabkan 10 korban jiwa.
"Sebuah peristiwa yang luar biasa, karena menurut pak Wali Kota Jakarta Timur, ini kebakaran dengan korban jiwanya terbanyak selama ia menjabat," jelas dia.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengingatkan warga pemukiman padat penduduk agar memiliki kewaspadaan dan mitigasi potensi kebakaran. Pengingat ini sebagai tindak lanjut atas musibah kebakaran di Matraman pada Kamis (25/3) pagi.
Mitigasi yang dimaksud Riza adalah memeriksa kembali kabel-kabel listrik sesuai standar, penataan perabot rumah tangga dan alat listrik lainnya
"Agar diperhatikan yang pertama tadi kompor, kabel-kabel harus SNI, kemudian listrik, semua diperhatikan jangan ada stop kontak yang ditumpuk begitu," kata Riza.
Dalam peninjauannya itu, Riza juga membagikan selebaran survei kepada warga padat penduduk untuk mendeteksi penataan alat listrik dan perabotan rumah tangga yang berpotensi menimbulkan kebakaran.
Menurut Riza, survei ini untuk mengukur kondisi pemukiman sekaligus dasar Pemprov DKI untuk menerapkan kebijakan khususnya di pemukiman padat penduduk.
"Ini diisi oleh warga. Ini cara kami apakah isian ini sudah sesuai apa tidak. Jadi kami minta, tugas ini tugas RT, RW, semuanya," ucapnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban tersengat arus listrik dan terjatuh kedalam bak air dalam posisi masih memegang kabel tersebut.
Baca SelengkapnyaJelang Perayaan Hari Raya PLN mencatat terdapat sebanyak 9 kasus gangguan listrik akibat penjor yang menyentuh kabel listrik di tahun 2023.
Baca SelengkapnyaDiduga, terbakarnya tiang listrik saat hujan deras itu dipicu korsleting atau hubungan arus pendek. Api sempat berkobar dan menyala cukup besar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tagihan itu muncul usai meteran listrik dirumahnya harus diganti dengan yang baru.
Baca SelengkapnyaPetugas kaget menemukan ada jasad karena sebelumnya warga sekitar menyebut rumah itu dalam keadaan kosong.
Baca SelengkapnyaKebakaran hebat terjadi sejak pukul 19.30 WIB Kamis (18/4) malam dan baru benar-benar padam jelang subuh.
Baca SelengkapnyaPetani di Sragen tak lagi menggunakan jebakan listrik untuk memberantas hama tikus. Pasalnya, 23 nyawa melayang akibat perangkat itu selama 4 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSelain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan yang menyebabkan santri meninggal dunia kembali berulang. Kali ini dipicu uang Rp10.000 dan pihak pesantren terkesan menutupinya.
Baca Selengkapnya