Habiskan 2.000 Kilogram Singkong untuk Percobaan, Pasutri Asal Bojonegoro Berhasil Produksi Rengginang Singkong Kini Laris di Swalayan
Mereka tak pernah membayangkan akan jadi pengusaha camilan.
rengginangHabiskan 2.000 Kilogram Singkong untuk Percobaan, Pasutri Asal Bojonegoro Berhasil Produksi Rengginang Singkong Kini Laris di Swalayan
Mereka tak pernah membayangkan akan jadi pengusaha camilan.
Lismuk Hindun dan Suparno, pasutri asal Desa Begadon, Kecamatan Gayam, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, tak pernah membayangkan kelak akan menjadi pengusaha camilan. Ketidaksengajaan itu justru menjadi mata pencaharian yang menjanjikan hingga kini.
Awalnya, mereka hanya menanam singkong di perkebunan untuk kebutuhan konsumsi keluarga. Pada tahun 2009, Suparno mendapatkan fasilitasi dari perusahaan migas multinasional yang beroperasi di daerahnya. Ia dan beberapa petani lain dibiayai untuk menanam singkong dalam skala besar.
“Waktu panen itu kan bareng-bareng, singkong banyak banget, bingung mau dibuat apa,” ujar Hindun saat ditemui Merdeka.com di Gedung Bakorwil Bojonegoro, Rabu (17/4/2024).
- Karyawan Bobol Gudang Sembako Milik Bosnya, Mentega Senilai Rp200 Juta Raib Dicuri
- Serunya Berburu Kuliner di Bojonegoro, Beli Stik Daun Kelor hingga Pentol Makin Praktis Pakai QRIS
- Mengintip Dapur Produksi Bawang Goreng di Kampung Jaha yang Beromzet Ratusan Juta per Bulan
- Kisah Pasutri ASN Asal Tulungagung Sukses Bisnis Rambak Premium, Berhasil Produksi 75 Kg/Hari
- 4 Mitos Mencuci Baju Bayi, Orang Tua Wajib Tahu
- Jokowi Bakal Tinjau Lokasi Bencana Banjir Lahar Dingin di Sumbar
Panen serentak membuat komoditas singkong di Kecamatan Gayam membeludak. Suparno dan Hindun kebingungan bagaimana menjual singkong hasil panen mereka. Tak lama kemudian, Hindun dan beberapa perempuan di desanya mendapatkan pelatihan membuat emping singkong.
Inisiasi Kelompok Usaha
Menindaklanjuti pelatihan membuat olahan singkong, Hindun dan Suparno menginisiasi pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Teguh Rahayu.
KUB dibentuk untuk meningkatkan daya jual singkong dengan cara mengolahnya menjadi camilan, seperti rengginang singkong dan emping singkong.
Sayangnya, di tengah jalan, para anggota KUB Teguh Rahayu mundur karena tidak sanggup lagi memproduksi camilan berbahan baku singkong di sela-sela kesibukan harian mereka.
“Dulunya kami sama-sama produksi, tapi kemudian (anggota) yang lain udah enggak produksi. Sekarang tinggal sendirian,” jelas Hindun.
Pantang Menyerah
Pantang Menyerah
Kendati rekan-rekannya mundur, Hindun dan Suparno tak menyerah. Mereka justru semakin semangat mengembangkan usaha camilan yang sudah dimulai sejak tahun 2011 lalu. Awalnya, produk mereka hanya emping singkong.
“Awalnya dijual pakai plastik biasa, harganya cuma seribu rupiah, dititipkan di warung-warung. Kemudian dikemas plastik snack (standing) tapi belum ada mereknya, saya nembusi toko oleh-oleh dan swalayan,” papar ibu dua anak ini sembari terkekeh mengenang perjuangannya.
Seiring waktu, Hindun ingin mengolah singkong menjadi camilan jenis lain. Saat itu, ia kepikiran membuat rengginang singkong. Ia pun belajar autodidak hingga menghabiskan sekitar 2.000 kilogram singkong hingga akhirnya menemukan formulasi yang tepat seperti produknya saat ini.
“Hampir satu hektare singkong di kebun itu habis untuk percobaan bikin rengginang. Itu berlangsung sekitar satu tahun, nyoba-nyoba terus sampai berhasil,” jelas Hindun.
Kegigihan Hindun dan sang suami berbuah manis, produk-produk camilan mereka diterima untuk dipasarkan di toko oleh-oleh dan swalayan beberapa kota. Selain Bojonegoro, produk camilan berbahan utama singkong ini juga dipasarkan di Ngawi, Tuban, dan Lamongan.
Makin Berkembang
Hindun blak-blakan menungungkapkan bahwa bisnis camilannya bisa menjadi seperti sekarang tidak semata-mata karena kerja kerasnya dan sang suami.
Faktor lain yang mendorong keberhasilan bisnisnya ialah keberadaan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI yang ia ikuti.
“Saya sudah lama ikut KUR BRI, dari yang masih skala kecil banget, sampai sekarang bisa memasarkan di empat kota,” tutur anggota Forum Industri Kecil Menengah Jawa Timur (IKM Jatim) tersebut.
KUR BRI, imbuh Hindun, sangat bermanfaat bagi para pelaku UMKM seperti dirinya. Berkat pinjaman modal usaha dari BRI, ia bisa membeli alat produksi yang dibutuhkan hingga membuat kemasan premium untuk produknya.
Penyaluran KUR BRI
Terpisah, Manajer Bisnis Mikro BRI Bojonegoro, Bambang Sri Mara (55) mengungkapkan, penyaluran KUR bertujuan untuk mendorong para pelaku usaha agar semakin berkembang.
“KUR itu pinjaman modal agar pelaku UMKM semakin berkembang,” jelas Bambang saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (7/3/2024).