Jejak W.R. Soepratman Pencipta Lagu Indonesia Raya di Surabaya, Belum Menikah dan Meninggal di Usia Muda
Begini hari-hari terakhirnya di Kota Pahlawan
Begini hari-hari terakhirnya di Kota Pahlawan
W.R. Soepratman lahir di Jatinegara pada tanggal 9 Maret 1903. Ia memulai pendidikan pada usia empat tahun di Frobelschool (sekolah taman kanak-kanak) Jakarta.
(Foto: Instagram @surabayasparkling)
W.R. Soepratman kemudian tinggal bersama kakaknya, Rukiyem di Makassar.
Di sana, W.R. Soepratman melanjutkan pendidikannya di Tweede Inlandscheschool (Sekolah Angka Dua) dan lulus pada tahun 1917. Dua tahun kemudian yakni pada tahun 1919, W.R. Soepratman lulus ujian Klein Ambtenaar Examen (KAE), ujian untuk calon pegawai rendahan.
Lulus KAE, pria yang akrab disapa Wage itu melanjutkan pendidikan ke Normaalschool (Sekolah Pendidikan Guru).
Pada ulang tahunnya ke-17, Wage dapat hadiah biola dari kakak iparnya, W.M. Van Eldick. Selanjutnya, bersama Van Eldik, Wage mendirikan Grup Jazz Band bernama Black And White.
(Foto: Instagram @surabayasparkling)
Mengutip laman resmi Museum Sumpah Pemuda, Wage memanfaatkan kepandaian dalam bermusik untuk menciptakan lagu-lagu perjuangan.
Pada tahun 1924, W.R. Soepratman pindah dari Makassar ke Bandung dan memulai karier sebagai wartawan surat kabat Kaoem Moeda. Setahun kemudian, ia pindah ke Jakarta dan menjadi wartawan Surat Kabar Sin Po. Sejak saat itu ia rajin menghadiri rapat organisasi pemuda dan rapat partai politik yang diadakan di Gedung Pertemuan di Batavia. Momen-momen rapat membuat W.R Soepratman kenal dengan tokoh-tokoh pergerakan.
Pada kongres Pemuda Kedua 27-28 Oktober 1928, W.R. Soepratman untuk pertama kalinya memperdengarkan lagu Indonesia Raya dengan iringan gesekan biolanya di depan seluruh peserta kongres. Ia menyanyi sebelum dibacakannya Putusan Kongres Pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda.
Setelah Kongres Pemuda Kedua, kehidupan Wage tidak lagi tenang. Ia dimata-matai polisi Belanda karena kata “Merdeka, Merdeka” yang ada pada lagu karangannya.
Buntutnya, pada tahun 1930 Pemerintah Hindia Belanda melarang rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya di depan umum.
Sepanjang tahun 1933-1937, Wage berpindah-pindah tempat dari Jakarta ke Cimahi, lalu ke Pemalang. Hingga pada bulan April 1937, kakaknya, Rukiyem membawa Wage ke Surabaya dalam kondisi sakit.
Kedatangan W.R. Soepratman di Surabaya segera diketahui teman-teman seperjuangannya. Mereka datang menjenguk W.R. Soepratman yang masih lemah setelah sakit.
(Foto: Instagram @surabayasparkling)
Pada 7 Agustus 1938, Wage ditangkap Belanda di studio Radio NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep) di Jalan Embong Malang Surabaya. Penyebabnya, lagu ciptaannya berjudul “Matahari Terbit” dinyanyikan pandu-pandu KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia) di radio NIROM dan dianggap wujud simpati terhadap Kekaisaran Jepang. Pihak Belanda kemudian menahan Wage untuk beberapa lama, namun akhirnya melepaskan yang bersangkutan karena terbukti tidak bersalah.
Kondisi kesehatannya Wage semakin menurun. Pada 17 Agustus 1938, Wage meninggal dunia di Jalan Mangga Tambak Sari Surabaya karena gangguan jantung. Almarhum dimakamkan di Pemakaman Umum Kapasan Jalan Tambak Segaran Wetan Surabaya.
Wage menghabiskan hari-hari terakhirnya di Surabaya. Ia pernah menjalani hukuman di penjara Kalisosok, rutan yang jadi saksi kekejaman penjajah Belanda kepada kaum pribumi.
(Foto: Dok. FIB Unair)
Ia pun meninggal di Kota Surabaya pada usia yang masih muda, yakni 35 tahun dan belum pernah menikah. Kini, rumah wafatnya difungsikan sebagai Museum W.R. Soepratman. Di sini, pengunjung bisa mengetahui kisah perjalanan hidup sang pahlawan nasional.
Karya W.R Soepratman begitu signifikan dalam sejarah kemerdekaan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaDN gelap mata mengetahui mantan istrinya AG (24) akan menikah lagi. Dia menikami wanita itu hingga terluka parah sedangkan calon suaminya FR (30) tewas.
Baca SelengkapnyaFahmi Bo baru merilis single perdana bersama Yogi Andrian lewat lagu 'Gara-gara Cinta'.
Baca SelengkapnyaPelantun lagu 'Sayang' ini mengumumkan kehamilan pertamanya.
Baca SelengkapnyaDi balik lagu kebangsaan Singapura, ternyata ada andil pria berdarah Minang.
Baca SelengkapnyaPria di Musi Rawas, Sumatera Selatan, AJ (27), diamankan warga dan diserahkan ke polisi seusai menikam suami selingkuhannya, AR (33).
Baca SelengkapnyaPaloh datang sekira pukul 15.50 WIB memakai jas biru tua dengan dalam kemeja putih.
Baca SelengkapnyaMenikah pada malam Songo Ramadan sudah jadi tradisi turun-temurun sejak dulu.
Baca SelengkapnyaSetelah menikah dengan penyanyi papan atas Tanah Air yakni Bunga Citra Lestari, Tiko Aryawardhana merasakan banyak perubahan dalam hidupnya.
Baca Selengkapnya