Peristiwa 16 Januari, Dimulainya Operasi Badai Gurun dalam Perang Teluk Persia I
Merdeka.com - Perang Teluk yang terjadi pada 1990 dikenal juga dengan nama Gulf War adalah perang panjang yang tak berkesudahan di Timur Tengah. Perang Teluk dipicu oleh invasi Iraq ke Kuwait pada 2 Agustus 1990 oleh Presiden Iraq saat itu, yaitu Saddam Hussein.
Rezim Saddam memang dikenal brutal. Partai Ba’ath dipimpinnya telah berkuasa sejak kudeta tahun 1958 dan terbiasa menggunakan teror dan kekerasan dalam politik dalam negeri. Selama Perang Iran-Iraq (1980–1988), militer Iraq menggunakan senjata kimia terhadap pasukan Iran.
Namun, perang tersebut membuat Iraq menghabiskan banyak dana dan membuatnya berutang pada negara-negara lain, terutama Kuwait. Iraq lantas beride untuk melakukan invasi terhadap Kuwait. Invasi ini memberikan dua kemungkinan yaitu akses terhadap cadangan minyak tambahan yang yang dapat membangun kembali perekonomiannya, serta menyingkirkan pemberi utang terbesar Iraq.
Invasi tersebut memprovokasi suatu tanggapan internasional besar-besaran, dengan Perang Teluk sebagai puncaknya. Tujuan Perang Teluk adalah mengusir pasukan pendudukan Iraq dari Kuwait. Dalam perkembangannya, Perang Teluk yang terus mengalami eskalasi sampai pada Operasi Badai Gurun yang terjadi pada tanggal 16 Januari 1991.
Operasi Badai Gurun dilancarkan oleh AS dan negara-negara koalisi guna membendung invasi Irak dan aneksasi Kuwait. Berikut selengkapnya.
Ambisi Saddam Hussein Menjadi Pemimpin Arab
Saddam Hussein dikenal sebagai tokoh yang berambisi untuk menjadi orang yang terkuat, terbesar dan terhebat di Timur Tengah. Saddam membatalkan Perjanjian Algiers 1975 dan menyerang Iran yang dilatarbelakangi oleh keinginannya untuk diakui sebagai “polisi di Teluk Parsi”.
Dengan menyerbu Iran, Saddam juga ingin diakui sebagai “pahlawan dunia Arab” yang telah berhasil membendung pengaruh Revolusi Islam Iran ke negara-negara Arab sekitarnya. Saddam juga berusaha menjegal upaya Presiden Mesir yang berusaha tampil sebagai pemimpin dunia Arab seperti dirinya.
Saddam yang tidak senang dengan manuver politik Mubarok berusaha menjegalnya, yaitu dengan cara menyerbu Kuwait seraya mengklaim dirinya sebagai pembela perjuangan bangsa Palestina (M. Riza Sihbudi, 1991: 152-153).
Selanjutnya, terjadilah invasi dan aneksasi Irak atas Kuwait berkembang menjadi konflik terbuka antara Irak dan Amerika Serikat. Demi harga diri Saddam Hussein dan George Bush, Perang Teluk II tak dapat dihindarkan.
Perang Teluk II secara tidak langsung telah mengancam kepentingan Amerika Serikat mengingat ladang minyak di Kuwait yang setiap hari mengalirkan dolar ke Amerika Serikat diserobot Irak.
Kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah
Amerika Serikat merancang resolusi dan dengan segala kekuatan berupaya meminta pengesahan Dewan Keamanan PBB untuk mengusir dan melumpuhkan militer Irak. Alasan yang dikemukakan Amerika Serikat adalah, bahwa Irak telah melanggar hukum internasional dan hak rakyat Kuwait untuk bernegara harus dipulihkan.
Akhirnya, DK PBB mengesahkan 12 resolusi mulai dari kecaman, pengerahan pasukan multi nasional, blokade ekonomi sampai persetujuan penggunaan senjata militer. Resolusi ini tidak mengherankan mengingat selama ini PBB telah menjadi alat hegemoni AS (Mohammad Shoelhi, 2003: 102).
Landasan Amerika Serikat begitu bernafsu terlibat langsung dalam konflik Irak-Kuwait berkaitan dengan kepentingan globalnya yang ingin menguasai kawasan Timur Tengah secara ekonomi, politik maupun strategis. Selain itu, Amerika Serikat juga berkepentingan untuk membatasi radikalisme Arab yang sering mengganggu Barat.
Amerika Serikat juga mempunyai komitmen untuk selalu melindungi kepentingan Israel. Untuk mengamankan kekayaan Timur Tengah dan kepentingan Amerika Serikat secara keseluruhan maka Amerika Serikat perlu menjalin hubungan erat dengan negara di wilayah itu.
Selama Perang Teluk I, Saddam memang mendapat bantuan ekonomi dan militer besar-besaran dari Amerika Serikat dan juga Uni Soviet, Perancis serta Inggris. Tetapi bantuan itu semata-mata karena merasa khawatir terhadap ancaman Revolusi Islam Iran rezim Khomeini. Karena itu bagi Amerika Serikat dan sekutu dari Barat dan Arab, kemungkinan kekalahan Baghdad pada Perang Irak-Iran (Perang Teluk I) harus dicegah sekuat tenaga.
Dimulainya Operasi Badai Gurun Pada 16 Januari oleh AS
Dukungan Amerika Serikat terhadap Irak berbalik ketika Irak mengganggu kepentingan Amerika Serikat. Maka pada 16 Januari 1991, Presiden George H. W. Bush mengumumkan dimulainya apa yang disebut Operasi Badai Gurun — sebuah operasi militer untuk mengusir pasukan pendudukan Irak dari Kuwait, yang telah diinvasi dan dianeksasi Irak beberapa bulan sebelumnya.
Atas restu dari PBB akhirnya pasukan koalisi pun menggempur Irak di bawah nama Operasi Badai Gurun. Target utama koalisi adalah untuk menghancurkan kekuatan Angkatan Udara Irak dan pertahanan udara, yang diluncurkan dari Arab Saudi dan kekuatan kapal induk koalisi di Laut Merah dan Teluk Persia. Target berikutnya adalah pusat komando dan komunikasi.
Operasi Badai Gurun ini berhasil melumpuhkan Irak dan merebut kembali Kuwait, dan pasukan koalisi di bawah pimpinan Amerika menyatakan bahwa perang telah selesai. Mengutip dari theatlantic.com, selama berminggu-minggu koalisi pimpinan AS dari dua lusin negara telah menempatkan lebih dari 900.000 tentara di wilayah tersebut, sebagian besar ditempatkan di perbatasan Saudi-Irak.
Operasi Badai Gurun menewaskan sekitar 3500 penduduk sipil. Laporan lain mengungkapkan korban tewas akibat peristiwa tersebut tercatat 200.000 orang. Irak juga kehilangan 2085 tank, 962 kendaraan lapis baja, 1005 artileri dan 103 pesawat terbang. Sementara tentara Amerika Serikat yang tewas sebanyak 55 orang, terluka 150 orang dan hilang 30 orang.
Dalam melakukan penyerangan ke Irak, alasan pokok yang dikemukakan George W. Bush adalah untuk membebaskan Kuwait yang diduduki Irak sejak 2 Agustus 1990. Namun melihat skala penghancuran Irak, terdapat keraguan internasional atas apa motif sebenarnya dari AS dalam konflik di Timur Tengah ini.
Krisis Teluk II ini telah membuka kedok Amerika Serikat dan sekutunya yang sebenarnya dalam konteks politik Timur Tengah. Yaitu bahwa, kepentingan politik Amerika Serikat yang paling utama di Timur Tengah adalah Israel dan minyak.
(mdk/edl)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berikut kesaksian pilu anggota KKO TNI AL saat berjuang di operasi Dwikora hingga nyaris meregang nyawa. Simak informasinya.
Baca SelengkapnyaRaja Xerxes I atau yang juga dikenal sebagai Xerxes Agung menjadi salah satu raja Persia yang namanya paling terkenal di dunia.
Baca SelengkapnyaSetiap tanggal 22 Februari 2024, Indonesia memperingati Hari Istiqlal.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Presiden Soeharto memimpin langsung Upacara HUT Kemerdekaan RI ke-24 di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus 1969.
Baca SelengkapnyaPerang Badar merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perang ini terjadi pada 17 Ramadan tahun 2 H (13 Maret 624 M) di kota Badar.
Baca SelengkapnyaMahatma Gandhi, lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India, dikenal sebagai pemimpin revolusioner dan arsitek gerakan kemerdekaan India.
Baca SelengkapnyaHari Buruh Internasional rutin diperingati setiap 1 Mei sebagai bentuk solidaritas atas perjuangan kaum buruh.
Baca SelengkapnyaDalam sejarah berdirinya negara Singapura, sosok presiden pertama yang menjabat adalah keturunan Indonesia.
Baca SelengkapnyaKenapa tidak memilih tanggal lain? Ini penjelasan lengkapnya.
Baca Selengkapnya