720 Hektare Kebun Sawit Milik Petani di Siak Diremajakan
Merdeka.com - Perkebunan sawit milik petani plasma seluas 720 hektare di Kabupaten Siak, Provinsi Riau diremajakan. Program peremajaan sawit rakyat tersebut merupakan kerja sama petani dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (ASPEKPIR) Setiyono mengatakan, dengan bermitra bersama PTPN V, produktivitas tandan buah segar (TBS) petani plasma terus terjaga hingga di atas rata-rata produktivitas nasional.
"Selama ini alhamdulillah produktivitas kami bisa mencapai 24 ton per hektare. Bahkan di usia 35 tahun, sawit ini masih sangat baik. Namun, karena sudah tua harus tetap remajakan agar produktivitas lebih baik," kata Setiyono yang juga Ketua KUD Tunas Muda Kabupaten Siak tersebut, Jumat (30/10).
Ia mengatakan jika kemitraan antara petani dengan perusahaan yang dibangun dengan pola transparansi menjadi nilai positif bagi para petani untuk mempercayakan peremajaan, perawatan dan pengelolaan kebun sawit ke PTPN V.
"Perusahaan sangat terbuka selama ini. Mulai dalam hal penyusunan anggaran pembangunan kebun. Biaya yang ditawarkan juga berada di bawah standar dirjenbun", kata Setiyono.
Selain itu, ia juga mengatakan jika dalam proses peremajaan sawit ini, para petani telah dilibatkan sejak awal. Langkah itu membuat petani tidak perlu khawatir lagi akan penghasilan mereka selama menunggu pembibitan hingga panen.
"Untuk itu, kami semua bersama tiga KUD lainnya sepakat untuk kembali bekerjasama dengan PTPN V. Nantinya, ada juga beberapa KUD di Siak yang akan mengikuti langkah kami. Saat ini masih dalam tahap melengkapi dokumen," ujarnya.
Sementara itu, CEO PTPN V Jatmiko K Santosa usai melakukan penanaman perdana bibit unggul kelapa sawit di lahan perkebunan sawit rakyat yang tergabung dalam empat koperasi unit desa (KUD) di Siak mengatakan, bahwa kunci keberhasilan itu adalah kepercayaan. Sehingga, perusahaan berani memberikan jaminan terhadap produktivitas petani di atas rata-rata nasional.
"Kita berikan jaminan produktivitas sawit petani di atas rata-rata produksi nasional. Jika di bawah itu, kita ganti. Di PTPN V itu kita terus berusaha bagaimana supaya petani swadaya secara ekonomi dan setara dengan mitra, bahkan petani bisa menjadi mitra teknis bagi kelompok petani lainnya," tegas dia.
Jatmiko mengatakan, dalam proses peremajaan sawit, mulai penebangan sawit renta, pembersihan lahan, penanaman bibit dengan menggunakan sawit unggul tersertifikasi, pemeliharaan hingga panen, PTPN V langsung melibatkan para petani.
Langkah itu dia sebut dalam bagian sistem manajemen tunggal yang diterapkan PTPN V untuk mengakselerasi program PSR atau program sawit rakyat. Sistem yang dianut tersebut secara garis besar menguntungkan para petani, karena sejak awal petani sawit dilibatkan mulai dari pembersihan lahan, penanaman, perawatan, panen hingga pengolahan.
"Jadi kita mengenalkan single management. Kita yang menanam, kita yang mengelola, dan kita yang mengolah hasilnya. Petani juga kita berdayakan selama peremajaan sawit berlangsung. Kemudian setiap hasil transaksi sawit yang tercatat di rekening, petani juga mengetahuinya," tegasnya.
Ia mengatakan PTPN V terus mengakselerasi PSR sesuai dengan target perusahaan seluas 18.000 hektare hingga tahun 2023 mendatang. Khusus tahun 2020 ini, di Kabupaten Siak, PTPN V menargetkan untuk meremajakan 2.000 hektare yang terdiri dari tujuh KUD. Selain empat KUD di atas, terdapat tiga KUD lainnya masih dalam proses validasi data dan ditargetkan akan mulai diremajakan sebelum penghujung tahun ini.
Sementara di seluruh Riau, PTPN V memasang target mulai program PSR di lahan seluas 5.400 hektare pada 2020 ini. Program peremajaan sawit milik para petani mulai gencar digulirkan PTPN V sejak 2019 silam. Hingga kini, tak kurang 33 KUD telah bergabung bersama PTPN V dengan total lahan perkebunan sawit yang diremajakan mencapai 11.531 hektare.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kebun sawit terbesar di dunia seluas 586 ribu Ha dan diharapkan menyentuh 708 ribu Ha dalam satu dasawarsa.
Baca SelengkapnyaAli mengatakan pabrik Sawit itu dimiliki Erik dengan mengatasnamakan orang kepercayaannya yang menjadi sumber penerimaan suapnya.
Baca SelengkapnyaUlar sawah menjadi penyeimbang ekosistem sawah karena bisa memangsa tikus karena tergolong hama yang merusak tanaman.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Industri kapuk mengalami kemunduran karena masyarakat lebih suka memakai Kasur dengan bahan dasar busa dan pegas.
Baca SelengkapnyaTantangan kedua, yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha.
Baca SelengkapnyaTotal saksi yang akan diperiksa dalam sidang etik Firli total terdapat 27 orang.
Baca SelengkapnyaSeorang pria dan dua anaknya tega membunuh seorang wanita tua HA (62) di Kedaton, Ogan Komering Ulu. Pembunuhan ini dilatarbelakangi sengketa lahan.
Baca SelengkapnyaBaku tembak terjadi antara polisi dan pencuri sawit di Ogan Komering Ilir (OKI).
Baca SelengkapnyaKisah pengusaha kerupuk kulit yang memulai bisnis dengan berjualan di pinggir jalan hingga dapat omzet ratusan juta.
Baca Selengkapnya