Pahami Perbedaan TBC dengan Covid-19 di Tengah Pandemi
Merdeka.com - Tuberculosis (TBC) atau yang sering dikenal dengan TB merupakan penyakit paru-paru yang disebabkan oleh kuman mycobacterius tuberculosis. TBC sangat mengancam keselamatan jiwa, sama seperti Covid-19.
TBC dan Covid-19 juga sama-sama menular melalui droplet dan saluran pernapasan. Meski demikian, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Wiendra Waworuntu mengatakan ada perbedaan antara TBC dengan Covid-19.
"Perbedaannya ada pada diagnosisnya. Kalau Covid-19 dari virus, sedangkan TBC dari kuman atau bakteri," ujarnya dalam Talk Show Pengendalian TBC di Masa Pandemi, Selasa (7/7).
Gejala pada pasian TBC dan Covid-19 juga berbeda. Pada gejala TBC, onset atau serangan kronik lebih dari 14 hari dengan gejala demam kurang dari 38 derajat celcius disertai batuk berdahak, bercak darah, sesak napas memberat bertahap, berat badan turun dan berkeringat di malam hari.
Sedangkan gejala Covid-19, onset akut kurang dari 14 hari disertai demam lebih dari 38 derajat celcius dengan batuk kering. Kemudian sesak napas muncul segera setelah onset, nyero sendi, pilek, nyeri kepala, gangguan penciuman atau pengecapan.
Perbedaan lainnya ada pada pengambilan sampel. Untuk diagnosis Covid-19, pengambilan sampel harus melalui swab, sedangkan TBC cukup dengan dahak saja. Namun, keduanya sama-sama menggunakan metode Tes Cepat Molekuler (TCM) dan Polymerase Chain Reaction (PCR).
Selain itu, perbedaan besar antara Covid-19 dengan TBC ada pada pengobatan. Covid-19 belum ada obat yang dapat menyembuhkan, sedangan TBC sudah ditemukan obatnya dan dapat diakses secara gratis.
"Covid-19 belum punya obat, sedangkan TBC sudah ada obatnya, dengan catatan harus dikonsumsi dengan baik dan patuh," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, perubahan gejala tersebut akibat pengaruh reaksi imunologi.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaKemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tren kenaikan kasus mingguan Covid-19 nasional per 9 Desember 2023 dilaporkan menyentuh angka 554 kasus positif.
Baca SelengkapnyaMeskipun keduanya sering kali dianggap sama, namun sebenarnya terdapat perbedaan Flu Singapura dan flu biasa yang cukup signifikan.
Baca SelengkapnyaSejumlah bagian tubuh ternyata tidak boleh kita sentuh sembarangan, terutama dengan kondisi tangan yang belum steril.
Baca SelengkapnyaIstilah akut dan kronis pada penyakit merujuk pada dua kondisi yang berbeda dan perlu kita pahami.
Baca SelengkapnyaMalaria dan demam berdarah adalah dua penyakit yang sering kali disalahpahami sebagai penyakit yang sama karena keduanya ditularkan oleh nyamuk.
Baca SelengkapnyaKantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengantisipasi lonjakan Covid-19 dan temuan mycoplasma pneumonia di luar negeri.
Baca Selengkapnya