Bidpropam Polda Banten menjatuhkan hukuman berlapis terhadap Brigadir NP, polisi yang membanting mahasiswa berinisial MFA saat mengikuti demonstrasi di Kantor Bupati Tangerang, Rabu (13/10) lalu.

NP yakni MFA (21) untuk melaporkan apa yang dialami. MFA dibanting oleh NP saat melakukan aksi unjuk rasa pada Rabu (13/10) di depan Kantor Bupati Tangerang, Kecamatan Tigaraksa.

Kapolres Kota Tangerang, Kombes Pol Wahyu Sri Bintoro menegaskan siap mempertaruhkan jabatannya sebagai Kapolres, jika tindakan represif aparat kepolisian kembali terulang. Wahyu tidak ingin, tindakan Brigadir NP membanting mahasiswa saat berunjuk rasa di depan kantor Bupati Tangerang, Rabu (13/10) terjadi lagi.

Div Propam Mabes Polri dan Bid Propam Polda Banten hingga kini masih memeriksa Brigadir NP, polisi yang membanting mahasiswa berinisial MFA saat mengikuti demonstrasi di Kantor Bupati Tangerang, Rabu (13/10). Meskipun telah meminta maaf kasus ini tetap diproses kepolisian.

"Sekarang yang didalami adalah pelanggaran prosedur. Melakukan tugas, tugas pengamanan tetapi tidak sesuai SOP. Karena tidak ada SOP seperti yang dilakukan yang bersangkutan," tegasnya.

Brigadir NP, polisi yang membanting mahasiswa berinisial MFA saat mengikuti demonstrasi di Kantor Bupati Tangerang, pada Rabu (13/10) kemarin, dikenakan peraturan disiplin kepolisian sesuai peraturan disiplin Polri nomor 2 tahun 2003.

Kapolres Kota Tangerang Kombes Pol Wahyu Sri Bintoro memaparkan, pihaknya hari ini akan mengajak MFA dam orang tuanya untuk kembali mendatangi RS Harapan Mulia. Mereka ingin mengetahui lebih jauh hasil pemeriksaan foto rontgen kemarin.

Anggota Komisi III DPR Hinca IP Pandjaitan XIII berharap anggota kepolisian tidak lagi represif terhadap warga khususnya mereka yang berunjuk rasa menyampaikan pendapatnya di muka umum.

Komisioner Kompolnas Poengky Indarti mengatakan, seorang petugas keamanan harus tetap menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) ketika menghadapi demonstran dalam berpendapat di muka umum. Aparat diminta tidak bertindak secara berlebih dalam melakukan pengamanan.

Berikut sosok Polisi yang tega membanting seorang mahasiswa saat aksi unjuk rasa.

Massa berusaha merangsek masuk ke kantor Bupati yang kemudian berujung ricuh. Dalam rekaman video yang beredar, ada seorang mahasiswa yang dicekik dari belakang, diangkat dan dibanting hingga kejang-kejang. Kepolisian Daerah Banten dan Polresta Tangerang pun menyampaikan permohonan maaf kepada MFA.

Kepolisian Daerah Banten dan Polresta Tangerang menyampaikan permohonan maaf kepada Muhamad Faris Amrullah (21), mahasiswa pendemo yang dibanting aparat dengan keras, saat melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Bupati Tangerang, Rabu (13/10).

Dalam video yang beredar, penjual kopi itu terlihat dibentak-bentak polisi karena masih berjualan di atas waktu yang telah ditentukan.

Suasana tegang nampak lingkungan kantor polisi. Ada anggota terlibat cekcok dengan temannya hingga situasi memanas.

Autopsi berlangsung di makam sekitar lima jam. Sejumlah dokter forensik dari Mabes Kepolisian Indonesia dan Polda Kalimantan Timur turun tangan langsung dengan dikawal ketat aparat. Juga terlihat perwakilan keluarga mendiang dan pengacara.

Vonis dibacakan oleh Ketua Majelis Hakim Agus Widodo dalam persidangan pembacaan tuntutan yang berlangsung secara telekonferensi di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Kejaksaan Negeri Sulawesi Tenggara serta Rumah Tahanan Mabes Polri.

Aksi Mengecam Kekerasan Aparat Polisi. Massa yang tergabung dalam Aliansi Menolak Lupa menggelar aksi damai untuk mengecam tindakan represif atau kekerasan aparat kepolisian terhadap massa aksi, petugas medis, jurnalis, dan masyarakat sipil lainnya.

Dalam perdamaian ini, Sarpan membuat pernyataan untuk tidak melanjutkan pengaduannya di depan hukum. Dia meminta agar kasus dihentikan tanpa ada unsur paksaan dan tekanan dari pihak mana pun.