Kata Ilmuwan soal Rencana Bangun Lift ke Luar Angkasa Sejak 1 Abad Lalu, Bisa Terwujud Sekarang?
Ide ini sebetulnya sudah lama, namun kala itu masih berkutat pada struktur bangunan.
Ide ini sebetulnya sudah lama, namun kala itu masih berkutat pada struktur bangunan.
Ketika orang pertama kali mulai menjelajahi ruang angkasa pada 1960-an, biayanya mencapai USD80.000 (disesuaikan dengan inflasi) untuk memasukkan satu pon muatan ke orbit rendah Bumi. Alasan utama tingginya biaya ini adalah kebutuhan untuk membuat roket baru yang mahal untuk setiap peluncuran. Seiring berjalannya waktu, metode itu pun berubah ketika SpaceX mulai membuat roket murah yang dapat digunakan kembali. Imbasnya adalah biaya yang diperlukan untuk mengangkut barang atau manusia terpangkas signifikan dengan harga USD1.300 per pon.
Elevator. Konsep menggunakan lift untuk ke luar angkasa dulu pernah menggema. Dilaporkan FreeThink, Jumat (18/8), konsep itu pertama kali diungkapkan oleh ilmuwan Rusia Konstantin Tsiolkovsky pada 1895.
Ia terinsipirasi sesudah mengunjungi Menara Eiffel setinggi 1000 kaki. Dirinya mengungkapkan dalam teori yang diterbitkan pada makalah tentang pembangunan struktur setinggi 22000 mil atau 36000 km.
Namun saat itu, Tsiolkovsky mengakui tidak ada material yang dapat menopang berat menara semacam itu.
Menurut fisikawan Bradley Edwards, yang pernah meneliti konsep itu sekitar 20 tahun yang lalu, menyebut dibutuhkan biaya USD10 miliar dan membutuhkan waktu 15 tahun untuk membangun lift ruang angkasa. Tetapi setelah beroperasi, biaya pengiriman muatan ke orbit Bumi mana pun bisa sama atau hanya butuh USD100 per pon.
Fisikawan Bradley Edwards dikutip Space pada 2005.
Selain keuntungan ekonomi, lift ruang angkasa juga akan lebih bersih daripada menggunakan roket. Tidak akan ada pembakaran bahan bakar, tidak ada emisi rumah kaca yang berbahaya dan sistem transportasi baru tidak akan berkontribusi pada masalah sampah ruang angkasa yang sama.
Edwards menulis dalam laporannya bahwa semua teknologi yang dibutuhkan untuk membangun elevator luar angkasa sudah ada kecuali bahan yang dibutuhkan untuk membangun tambatan. “Besi tidak cukup kuat, begitu pula Kevlar, serat karbon, sutera laba-laba, atau bahan lain selain karbon nanotube. Untungnya bagi kami, penelitian karbon nanotube saat sedang sangat meningkat dan berkembang pesat menjadi produksi komersial,” tulis Edwards.
Bertentangan dengan laporan Edwards, peneliti dari Universitas Johns Hopkins Sean Sun dan Dan Popescu mengatakan bahwa serat Kevlar dapat berfungsi. Hanya saja, perlu terus memperbaiki tambatannya. “Dengan menggunakan sensor dan perangkat lunak kecerdasan buatan, dimungkinkan untuk memodelkan seluruh tambatan secara matematis untuk memprediksi kapan, di mana, dan bagaimana serat akan putus,” tulis para peneliti di Aeon pada 2018. Para astronom dari University of Cambridge dan Columbia University juga berpikir Kevlar bisa digunakan untuk elevator luar angkasa, jika membuatnya dari Bulan bukan dari Bumi. Terlepas itu, hingga kini wacana itu belum dibahas kembali secara serius oleh para ilmuwan.
Pada 2012 perusahaan Jepang sempat ingin melakukannya. Obayashi Corp. yang berbasis di Tokyo berencana membangun lift ruang angkasa operasional pada pertengahan abad, surat kabar Jepang Yomiuri Shimbun melaporkan pada 22 Februari 2012.
Disebutkan mengantarkan mereka ke stasiun 22.000 mil atau 36.000 kilometer di atas Bumi dalam waktu lebih dari seminggu.
Janji pembangunan rumah itu termasuk ke dalam salah satu rencana besar yang dia usung bersama pasangannya, Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, kediaman tersebut sarat benda-benda unik nan antik.
Baca SelengkapnyaPenghargaan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi industri konstruksi untuk menghasilkan proyek-proyek inovatif.
Baca SelengkapnyaAda bangunan megah nan mewah di perkampungan Madura. Bangunan berlantai dua itu menelan biaya hingga miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaSelain kuat dan tahan gempa, konsep konstruksi rumah baghi ini juga unik.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) insiden kebakaran ruko bingkai di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan yang menewaskan 7 orang
Baca SelengkapnyaIbu-ibu ingin terus bergerak melalui usaha katering agar tetap berdaya
Baca SelengkapnyaArif Budimanta mengatakan, proses perizinan bangunan harus dilakukan secara cepat dengan basis digital
Baca SelengkapnyaDari tahun ke tahun akan terbangun infrastruktur dan transformasi desa dari desa tertinggal menjadi desa maju dan mandiri.
Baca Selengkapnya