BPS Catat Neraca Perdagangan Januari 2021 Surplus USD 1,96 Miliar
Merdeka.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto mencatat, neraca perdagangan pada Januari 2021 surplus sebesar USD 1,96 miliar. Surplus tersebut terjadi akibat nilai ekspor yang lebih tinggi sebesar USD 15,20 miliar sedangkan impor sebesar USD 13,34 miliar.
"Sehingga pada Januari tahun 2021 ini neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar USD 1,96 miliar," katanya dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (15/2).
Dia mengatakan, surplus ini jauh lebih bagus jika dibandingkan neraca perdagangan pada Januari 2020, yang pada waktu itu mengalami defisit USD 640 juta. Atau juga pada Januari 2019 yang mengalami defisit sebesar USD 980 juta.
Dia menambahkan, performa pada Januari 2021 cukup bagus karena ekspor meningkat 12,24 persen dibandingkan Januari 2020 lalu. Di mana ekspor pertanian naik 13,91 persen, industri naik 11,72 persen, pertambangan 16,92 persen.
"Jadi performa ekspor bulan Januari tahun 2021 ini jah lebih bagus dibandingkan januari 2020. Dan tentunya ini menimbulkan harapan bahwa ekspor di bulan depan akan tumbuh dan pemulihan ekonomi akan berjalan sesuai dengan harapan," jelasnya.
Mendag Lutfi Justru Khawatir Surplus Neraca Perdagangan 2020, Kenapa?
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan mencapai USD 21,7 miliar pada 2020 lalu. Namun demikian, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi justru mengkhawatirkan angka tersebut.
Dia lalu membandingkannya surplus neraca perdagangan Indonesia yang terjadi pada 2012 silam. Mendag Lutfi memaparkan, perdagangan Indonesia pada waktu itu surplus karena harga komoditas seperti minyak dan batu bara melambung luar biasa.
Sementara pada 2020 ini, surplus terjadi di saat angka ekspor dan impor menukik tajam. "Hari ini surplus USD 21 miliar mengkhawatirkan, kenapa? Karena ekspor turun 2,6 persen, meski non-migas turun setengah persen. Tetapi impor turun lebih jauh jadi 17,3 persen," jelasnya dalam sesi webinar, Selasa (26/1).
Mendag Lutfi kemudian coba melihat ke dalam, apa saja koefisien dari surplus neraca perdagangan tersebut. Dia mendapati bahwa terjadi pelemahan karena 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong.
"Jadi kalau impor turun 17,3 persen saya takut akan terjadi pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," ujar Mendag Lutfi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaKinerja perdagangan Indonesia terus mencatatkan surplus hingga ke-47 kali berturut-turut sejak Mei 2020 lalu.
Baca SelengkapnyaBPS memperkirakan Indonesia akan mengalami surplus beras akibat panen raya petani yang terjadi sejak Januari hingga April 2024.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
BPS mencatat nilai impor beras pada Januari 2024 mencapai Rp4,36 triliun.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan nilai ekspor pada Desember 2023 mengalami penurunan cukup dalam yakni sebesar 5,76 persen.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaImpor non migas mencapai USD16,10 miliar ini juga mengalami kenaikan sebesar 4,08 persen.
Baca SelengkapnyaDengan capaian ini, untuk keseimbangan primer mengalami surplus mencapai Rp122,1 triliun.
Baca SelengkapnyaSebanyak 2,7 juta ton yang diimpor berjenis beras patahan.
Baca Selengkapnya