Perusahaan Baja Ini Gunakan PLTS Atap untuk Kurangi Emisi Karbon, Jadi Salah Satu Terbesar di Jawa Barat
Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen perusahaan sebagai bagian dari strategi net zero yang telah diumumkan sebelumnya.
Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen perusahaan sebagai bagian dari strategi net zero yang telah diumumkan sebelumnya.
Perusahaan baja swasta, PT Gunung Raja Paksi Tbk (GRP) berinisiatif mengurangi emisi karbon dengan melakukan pengukuhan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya Atap (PLTS Atap) tahap II yang terpasang di area operasional perusahaan.
Pemasangan PLTS Atap ini menegaskan komitmen perusahaan sebagai bagian dari strategi net zero yang telah diumumkan sebelumnya.
Dengan peresmian ini, total kapasitas listrik terpasang dari energi surya yang berasal dari GRP mencapai 9,3 MWp (Megawatt Peak), menjadikannya salah satu PLTS Atap terbesar di Jawa Barat.
Tahap 1 memiliki kapasitas sebesar 0,9 MWp, sementara tahap 2 memiliki kapasitas sebesar 8,4 MWp. GRP menargetkan kapasitas PLTS Atap terpasang sebesar 33 MWp, yang direncanakan selesai pada tahun 2025 serta diharapkan dapat mengurangi emisi karbon sekitar 47.400 ton per tahun.
Direktur Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Mohamad Priharto Dwinugroho, mengapresiasi inisiatif dari GRP.
Kata dia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong partisipasi aktif pelaku usaha dalam mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat, dan pencapaian target bauran energi nasional sebesar 23 persen dari energi baru dan terbarukan (EBT) pada tahun 2025.
"Salah satu program strategis dalam upaya ini adalah pengembangan PLTS Atap secara luas. Tindakan yang diambil oleh GRP adalah contoh nyata dari kepedulian lingkungan, serta merupakan kontribusi swasta dalam mendukung tujuan pemerintah,” kata Priharto di Jakarta, Jumat (23/2).
Industri baja memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut data dari Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, konsumsi baja dalam negeri selama lima tahun terakhir mencapai rata-rata 15,62 juta ton per tahun.
Namun, tantangan baru muncul bagi industri baja akibat komitmen global untuk mencapai target net zero emisi karbon pada pertengahan abad ini.
Produksi baja secara global menyumbang sekitar 7 prsen dari total emisi karbon. Dengan permintaan baja yang diperkirakan meningkat sekitar 15-20 prsen antara tahun 2030 dan 2050, produsen baja harus lebih proaktif dalam mengelola risiko lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di seluruh rantai nilai.
Presiden Direktur GRP Fedaus menyampaikan, PLTS Atap yang telah terpasang di area operasinal ini sejalan dengan 5 Pilar ESG GRP, terutama Pilar Nomor 3 tentang Transisi Energi dan Solusi Rendah Karbon
“Di mana perusahaan merespons dan mengelola risiko dan peluang terkait iklim sepanjang rantai nilai. Dengan telah terpasangnya PLTS Atap tahap II ini, secara total GRP berhasil melakukan pengurangan emisi karbon hingga sekitar 1500 ton Co2e,” kata Fedaus.
GRP bekerjasama dengan TotalEnergies ENEOS, yang bertanggung jawab dalam desain dan pemilihan mitra EPC terpercaya untuk pelaksanaan konstruksi untuk setiap tahapan proyek PLTS Atap.
Dalam pengoperasian dan pemeliharaannya, PLTS Atap ini dilengkapi sejumlah sensor untuk memantau radiasi, temperatur, kecepatan angin dan suhu sekitar. Selain itu, sistem juga akan bekerja dengan pemantauan jarak jauh dengan mengirimkan data analisis performa dengan menampilkan jejak karbon.
Indonesia akan resmi memiliki pembangkit integrated terbesar di Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaLangkah ini untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat, sekaligus membantu perusahaan mendapatkan sumber energi alternatif.
Baca SelengkapnyaPLTU Adipala terus berinovasi menjadi PLTU, yang lebih ramah lingkungan dengan memanfaatkan biomassa sebagai bahan bakarnya.
Baca SelengkapnyaKawasan ini sengaja disasar sebagai upaya perusahaan dalam mendorong komitmen bersama untuk pemulihan lahan eks tambang.
Baca SelengkapnyaSelain pemanfaatan bahan bakar alternatif dari sampah perkotaan, SBI juga menerapkan ekonomi sirkular bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa berperan dalam menyediakan bahan baku biomassa, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan.
Baca SelengkapnyaPertagas akan terus berkomitmen dalam menyalurkan energi yang andal ke berbagai industri strategis tanah air.
Baca SelengkapnyaT Artha Daya Coalindo juga menjalin kerja sama perjanjian jual beli batu bara dengan Glonnex Commodities PTE dari Singapura.
Baca SelengkapnyaSaat ini terdapat 104 Program penanaman diseluruh wilayah operasi Pertamina Group di seluruh Indonesia.
Baca Selengkapnya