Bangunan Tua di Pelosok Wonogiri Ini Diduga Peninggalan Kiai Tunggul Wulung, Begini Penuturan Sesepuh Setempat
Bangunan ini dalamnya kosong. Dibersihkan setahun sekali pada momen hari-hari besar.
Bangunan ini dalamnya kosong. Dibersihkan setahun sekali pada momen hari-hari besar.
Di Dusun Jurang, Desa Pijiharjo, Kecamatan Manyaran, Wonogiri, terdapat sebuah bangunan tua yang konon sudah ada sebelum tempat itu dipenuhi permukiman warga. Bangunan itu dinamakan Sasono Tunggul Wulung.
Bagian dalam bangunan tua itu benar-benar kosong. Saat kanal YouTube Wonogiren masuk ke dalam bangunan itu, tampak yang ada di dalam hanyalah potongan kayu serta tangga bekas mimbar yang tak lagi digunakan.
Menurut keterangan narator dari kanal YouTube Wonogiren, bangunan itu baru saja dibersihkan. Oleh warga setempat bangunan itu paling tidak dibersihkan setahun sekali.
Karyono, Sesepuh Dusun Jurang yang mengaku sudah berusia 102 tahun, bercerita bahwa bangunan Sasono Tunggul Wulung punya cerita sejarahnya sendiri.
Karyono bercerita, alkisah dulu seorang tokoh bernama Kiai Tunggul Wulung yang bertentangan dengan Kiai Pandanaran. Saat itu, Kiai Tunggul Wulung datang ke Dusun Jurang untuk mementaskan pertunjukan wayang.
Namun di tengah pertunjukan itu, datanglah Kiai Pandanaran. Mereka saling berseteru tentang suatu hal sampai saling melempar peralatan wayang yang ada di hadapan mereka.
“Kelirnya dilempar ke Pasar Kelir, gendernya ke Gunung Gender, panggungnya ke Gunung Panggung, kotaknya ke Gunung Kotak, tumpengnya ke Gunung Tumpeng,” kata Karyono.
Karyono mengatakan, kemungkinan perselisihan dipicu oleh perbedaan keyakinan. Berdasarkan penuturannya, Kiai Pandanaran merupakan seorang muslim, sementara Kiai Tunggul Wulung merupakan seorang budha.
Karyono melanjutkan, setelah peristiwa itu, Kiai Pandanaran meninggal dunia dan dimakamkan di daerah Bayat, Klaten, begitu pula dengan Kiai Tunggul Wulung yang meninggal dan dimakamkan di daerah Gunung Sumilir yang berada di selatan Bayat.
Karyono tidak tahu betul peristiwa itu terjadi tahun berapa. Yang ia tahu bahwa peristiwa tersebut telah terjadi, dan bangunan Sasono Tunggul Wulung sudah ada sebelum tempat itu menjadi perkampungan penduduk.
“Dulu rumahnya lebih kecil. Tidak seperti ukuran seperti itu,” kata Mbah Karyono dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.
Saat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaMayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaAda bangunan megah nan mewah di perkampungan Madura. Bangunan berlantai dua itu menelan biaya hingga miliaran rupiah.
Baca SelengkapnyaLedakan di bangunan barang rongsokan itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB.
Baca SelengkapnyaKorban HR merupakan pedagang ponsel keliling. Dia tinggal bersama tiga korban lain, yakni ibunya dan dua anaknya sejak bercerai dengan istrinya dua tahun lalu.
Baca SelengkapnyaTampak beberapa gedung inti pemerintahan yang kian menunjukkan bentuknya.
Baca SelengkapnyaKetua TKS Prabowo-Gibran ajak seluruh lapisan masyarakat untuk ke TPS tanggal 14 Februari 2024.
Baca SelengkapnyaTercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Baca SelengkapnyaPolres Kediri Kota menggelar rekonstruksi kasus pengeroyokan hingga tewas santri PPTQ Al-Hanifiyyah Kediri, Bintang Balqis Maulana (14).
Baca Selengkapnya