Berawal dari Cita-cita Ingin Bantu Orang Lain, Ibu Asal Bojonegoro Ini Sukses Bisnis Kue hingga Katering
Jauh sebelum memulai bisnis, ia berangan-angan ingin membantu meringankan beban ekonomi tetangganya
Jauh sebelum memulai bisnis, ia berangan-angan ingin membantu meringankan beban ekonomi tetangganya
Sejak kecil, Lia Mita (34), warga Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur hidup di desa. Ia menempuh pendidikan dasar hingga SMP di sana. Persinggungannya dengan kawasan perkotaan bermula saat ia bersekolah di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di pusat kota Bojonegoro. Setelah lulus, berbekal ijazah MAN, Lia sempat merantau ke Aceh selama beberapa tahun. Di sana, ia pernah bekerja di toko roti hingga perusahaan distributor susu.
Hidup di perantauan ternyata bukan impian Lia. Ia mengupayakan berbagai cara agar bisa pulang ke kampung halamannya. Lia meminta izin kepada bos perusahaan distributor susu tempat ia bekerja di Aceh agar dapat dipindahtugaskan ke Kabupaten Bojonegoro. Beruntung, ia mendapatkan izin tersebut.
“Saya lima tahun di perusahaan distributor susu yang ada di (pusat kota) Bojonegoro. Baru kemudian buka usaha ini (aneka kue dan katering) di rumah,” ungkap Lia kepada Merdeka.com, Kamis (7/3/2024).
Jauh sebelum membuka Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan merek dagang BUNDA ADIT, Lia sudah lama membayangkan memiliki bisnis sendiri. Alasannya bukan semata-mata untuk kepentingan pribadinya, melainkan agar bisa membantu meringankan beban ekonomi tetangga di sekitar rumahnya.
“Sebelum punya usaha, saya berangan-angan suatu saat pengen mengajak (memberdayakan) ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan. Akhirnya keinginan itu terwujud. Saya mengajak mereka yang punya kemauan, tidak harus bisa baking (membuat kue),” jelas ibu dua anak ini.
Setiap hari, ada dua ibu-ibu yang membantu Lia memasak dan membuat kue. UMKM BUNDA ADIT memproduksi beragam jenis donat seperti bomboloni dan donat toping, serta beberapa jenis masakan seperti gado-gado hingga pempek. Selain itu, Lia juga sering menerima pesanan kue ulang tahun dan katering nasi kotak atau prasmanan.
Menjelang Ramadan dan Idulfitri seperti saat ini jadi momentum Lia mendulang cuan. Selain membuat produk harian, ia juga sudah mulai memproduksi berbagai kue kering khas lebaran.
“Khusus mau bulan puasa kayak gini saya nambah orang. Total ada empat orang yang bantu-bantu masak di rumah,” ujar Lia.
Kini, UMKM BUNDA ADIT tidak hanya berhasil mewujudkan cita-cita Lia memberdayakan tetangganya. Setiap bulannya, cuan yang ia dapat dari bisnis kue dan katering bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan harian serta berdonasi untuk pihak yang membutuhkan. Lia mengaku senang berbagi kepada orang lain dan merasakan kebahagiaan tersendiri karena melakukan hal tersebut.
“Selalu saya siapkan (uang) khusus untuk donasi bulanan, walaupun nominalnya tidak banyak,” ungkapnya.
Lebih jauh, Lia blak-blakan mengungkapkan bahwa bisnisnya berkembang bukan semata-mata karena kerja kerasnya. Salah satu pihak yang berperan besar dalam perkembangan UMKM BUNDA ADIT ialah PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BRI).
“Saya ikut program KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI sejak tahun 2010, waktu itu usaha pertama saya kerupuk jagung, tapi kemudian saya berhenti karena harga bahan bakunya mahal. Sampai sekarang usaha kue dan katering ini ya masih ikut KUR,” jelas Lia.
Ia mengaku sangat terbantu dengan program KUR BRI. Pinjaman modal dari Bank BUMN ini ia manfaatkan untuk membeli alat-alat produksi seperti mixer, alat pengukus, dan lain sebagainya. Alat-alat produksi ini jadi salah satu faktor penentu kualitas produk-produk UMKM BUNDA ADIT.
Kini, selain memasarkan dagangannya secara langsung dan melalui media sosial, sudah ada beberapa reseller yang turut menjualkan produk-produk UMKM BUNDA ADIT. Pemasarannya meliputi Kecamatan Kalitidu dan sekitarnya. Enggan puas dengan pencapaiannya saat ini, Lia berusaha terus mengembangkan bisnisnya. Salah satunya ialah dengan mengurus legalitas usaha mulai label Halal, P-IRT (Pangan Industri Rumah Tangga), dan NIB (Nomor Induk Berusaha).
“Legalitas usaha dibutuhkan agar suatu produk semakin dipercaya pembeli. Semacam jaminan untuk pembeli bahwa produk yang dia beli itu halal dan legal izinnya,” terang Lizza, pendamping sertifikasi halal ISNU Jatim kepada Merdeka.com, Kamis (7/3/2024).
Sementara itu, Kepala BRI Unit Kalitidu Feriez Lutviandi mengungkapkan, selama ini penyaluran KUR BRI di wilayah kerjanya didominasi oleh KUR Pertanian. Hal ini disebabkan karena mayoritas warga Kalitidu yang menjadi nasabah BRI berprofesi sebagai petani.
“Penyaluran KUR di BRI Unit Kalitidu selama Januari-Februari 2024 sebesar Rp11,824 miliar kepada 338 debitur,” ujar Feriez melalui keterangan tertulis kepada Merdeka.com, Senin (4/3/2024).
Tidak hanya peserta yang baru membawa ide bisnis, namun juga banyak peserta yang telah memiliki bisnis bagus, yang turut bersaing dalam seleksi ini.
Baca SelengkapnyaIa memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Baca SelengkapnyaMemperluas jejaring dan perbanyak sedekah menjadi kunci yang Adibayu yakini menjadi perantara kesuksesannya saat ini.
Baca SelengkapnyaPria tersebut berinisiatif untuk melakukan patungan demi membantu salah seorang temannya yang sedang kesulitan ekonomi.
Baca SelengkapnyaSiswanto bercerita dia pernah mencoba segala macam usaha dan pekerjaan, namun belum ada yang bertahan lama.
Baca SelengkapnyaIa memulai bisnisnya saat pandemi ketika pekerjaan utamanya terdampak.
Baca SelengkapnyaSelain berbisnis Darma juga memiliki minat dalam dunia balap.
Baca SelengkapnyaDi masa-masa awal kerugian, Dwi Masih beranggapan bahwa kerugian tersebut merupakan risiko bisnis.
Baca SelengkapnyaAjang menyadari bahwa gengsi tidak akan membuatnya sukses.
Baca Selengkapnya