Pernah Gagal Berkali-kali, Ibu Asal Bojonegoro Kini Sukses Berbisnis Tas Anyaman Pembelinya dari Jakarta hingga Bali
Ia memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Ia memilih berbisnis dari rumah agar bisa membersamai tumbuh kembang anak-anaknya
Sri Utami (42), warga Desa Sukorejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur punya tekad kuat untuk berbisnis. Ia tak putus asa meski beberapa bisnis yang pernah dijalankannya bangkrut. Pandemi Covid-19 justru menjadi momentum kesuksesan bisnis barunya.
Utami pertama kali bekerja pada sebuah apotek terkenal di Bojonegoro sejak lulus SMA. Selama menempuh pendidikan tinggi, ia tetap bekerja di sana.
"Tahun 2000 itu gaji pertama saya Rp65 ribu," ujarnya saat ditemui Merdeka.com di kediamannya, Jumat (1/3/2024).
Setelah menikah, Utami tetap bekerja di apotek tersebut. Selain itu, ia juga mulai menjalankan bisnis dan berulang kali gulung tikar.
"Jualan camilan pernah, kerupuk mentah pernah, terus baju juga pernah. Setiap kulakan baju ke Surabaya, saya titipkan anak ke teman, terus izin masuk kerja telat," ungkap ibu tiga anak ini.
Setelah 16 tahun bekerja, pada tahun 2016 Utami memutuskan resign dari pekerjaanya di apotek. Ia mantap untuk mulai berbisnis di rumah agar bisa mendampingi tumbuh kembang anak-anaknya.
Bisnis pertama yang digeluti Utami usai resign dari apotek adalah mengubah limbah kayu jadi bernilai ekonomi. Bisnis ini dilatarbelakangi oleh banyaknya limbah kayu yang dihasilkan dari bisnis mebel suaminya.
Utami mengkreasikan limbah kayu menjadi beragam produk. Seperti kalung, tas, berbagai peralatan makan, hingga miniatur patung berbagai karakter. Sayangnya, bisnis ini gulung tikar saat pandemi Covid-19 melanda.
Pada tiga bulan pertama pandemi Covid-19, Utami memutar otak apa yang bisa menghasilkan keuntungan di masa serba sulit. Ia tak mau terus-terus menguras tabungan untuk biaya hidup sehari-hari karena bisnis limbah kayunya tak jalan dan bisnis mebel sang suami pun lesu.
"Saya dikirimi tas anyaman oleh teman. Itu memotivasi saya untuk akhirnya nyoba bikin karena saya dulu pernah ikut pelatihan membuat kerajinan dari anyaman rotan," ungkapnya.
Ia memulai bisnis anyaman pada Maret 2020 dengan modal Rp200 ribu. Pembeli pertamanya adalah teman yang pernah mengiriminya tas anyaman. Sang teman membeli tas Utami karena kualitasnya bagus dan lebih murah dibanding yang pernah dibeli sebelumnya.
Momentum jelang Ramadan seperti ini membuat Utami sibuk. Pesanan yang masuk membludak. Ia memberdayakan beberapa tetangga dan rekan-rekan yang ia kenal melalui pelatihan untuk memproduksi tas anyaman bermerek Ikitazq ini.
Pembeli tas anyaman karya Utami tak hanya berasal dari Bojonegoro, bahkan sudah merambah hingga Jakarta dan Bali.
"Pelanggan saja dari Jakarta dan Bali itu rutin pesan tas. Biasanya jumlahnya juga banyak," jelas perempuan berkaca mata ini.
Selain menjual tas anyaman di rumah dan toko, serta menerima pesanan, produk Ikitazq juga dipasarkan di salah satu swalayan terbesar di Kabupaten Bojonegoro. Bahkan, tas-tas anyaman karya Utami juga pernah mendapatkan promosi khusus di ruang pamer salah satu hotel terkenal di wilayah setempat.
Pada bulan-bulan tertentu seperti jelang Ramadan, Lebaran, atau bulan-bulan banyak orang hajatan omzet Utami dari bisnis tas anyaman berkisar antara Rp25 juta hingga Rp30 juta per bulan.
Utami membanderol tas anyaman mulai harga Rp7 ribu hingga Rp300 ribu. Tak hanya sibuk memproduksi tas anyaman di rumah, Utami juga cukup sering menjadi mentor pelatihan yang diselenggarakan Pemkab Bojonegoro maupun organisasi masyarakat.
Jauh sebelum memulai bisnis, ia berangan-angan ingin membantu meringankan beban ekonomi tetangganya
Baca SelengkapnyaBerbekal tekad begitu besar, nyatanya usaha yang dijalaninya ini berbuah kesuksesan.
Baca SelengkapnyaAda ratusan dus mentega yang berhasil digasak dengan nilai kerugian mencapai Rp 200 juta
Baca SelengkapnyaMenurut Bahlil, kebijakan tersebut harus tetap berjalan bahkan ketika ia sudah selesai menjabat.
Baca SelengkapnyaBlusukan itu untuk mengetahui mengumpulkan berbagai masalah yang ada pada mulai dari kemiskinan hingga masalah gizi anak.
Baca SelengkapnyaIde membuat terasi dilatarbelakangi kegemarannya makan sambal
Baca SelengkapnyaGanjar mengawali kampanye hari ini dengan olah raga dan sarapan bareng warga Bekasi
Baca Selengkapnya, jadi kita kaji pembangunan bandara di Buleleng, agar muncul titik pertumbuhan ekonomi baru." ujar Gibran
Baca SelengkapnyaTak semua anak yang lahir di dunia ini beruntung bisa hidup dalam kecukupan ekonomi keluarga.
Baca Selengkapnya