Menelusuri Kampung Ampel Surabaya, Dulunya Rawa-rawa Hadiah Raja Brawijaya Kini Dihuni Banyak Keturunan Arab
Kini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Kini Ampel tidak hanya terkenal dengan wisata religinya, tapi juga pusat belanja dan kuliner favorit
Kampung Ampel Surabaya merupakan salah satu kampung Arab di Indonesia yang sebagian besar wilayahnya masih dihuni penduduk asli dan kental dengan budaya moyangnya yang bermigrasi ke Jawa ratusan tahun lalu.
Kawasan Ampel di Surabaya bagian utara terkenal sebagai wisata religi. Selain itu, kawasan ini juga merupakan destinasi wisata belanja dan kuliner yang diminati banyak orang.
Kawasan ini dulu dihuni Raden Rahmat Rahmatullah alias Sunan Ampel, putra Sunan Gresik dengan putri Raja Champa, Dewi Chandrawulan. Raden Rahmat yang berdarah Yaman lahir di Kamboja, kemudian bermigrasi ke Jawa.
Ampel diambil dari kata Ampel Denta yang awalnya daerah rawa-rawa. Konon daerah ini merupakan hadiah dari Raja Brawijaya V Majapahit, Prabu Hayam Wuruk, setelah Sunan Ampel menikahi anaknya.
Sunan Ampel membangun masjid dan pondok pesantren yang segera terkenal di Nusantara dan mancanegara pada abad ke-15.
Orang-orang Timur Tengah mulai datang ke wilayah Ampel pada tahun 1451 usai mendengar keberadaan Sunan Ampel yang terkenal karena kewaliannya. Selain itu, kedatangan orang-orang Timur Tengah ini juga punya motif ekonomi yakni untuk berdagang.
Pada tahun 1820, gelombang besar pendatang Hadhami dari daerah Hadramaut, Yaman Selatan, datang ke Surabaya. Mereka menempati kampung yang dekat dengan masjid dan makam Sunan Ampel.
Pada awal tahun 1900-an lebih banyak lagi kaum Hadhami datang ke Indonesia karena ada konflik politik di negara asal mereka. Gelombang besar kedatangan kaum Hadhami ini membuat Ampel dijuluki Kampung Arab.
Mayoritas kaum Hadhami berdagang. Setelah usaha mereka maju, mereka mulai membeli rumah-rumah di kawasan Ampel. Hingga kini anak cucu kaum Hadhami ini masih tinggal di kawasan Ampel.
Meskipun bernama Kampung Arab, kawasan Ampel terdiri dari beragam corak bangunan. Masjid Ampel bercorak Hindu Jawa, lalu banyak bangunan bercorak Eropa, China dan Melayu seperti yang berjajar di Jalan Panggung.
Mengutip situs resmi indonesia.go.id, jumlah wisatawan yang datang ke Kampung Ampel cenderung naik dari tahun ke tahun dan puncaknya terjadi saat bulan Ramadan. Wisatawan ini tidak hanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, tetapi juga mancanegara seperti Malaysia, Polandia, Singapura dan China.
Tujuan utama mereka yakni berziarah ke makam Sunan Ampel. Selain sosok sang wali, makam Sunan Ampel mernarik karena sejarah dan ornamen yang dipengaruhi kultur China.
Ada lima gapura yang mengelilingi masjid Sunan Ampel yang menggambarkan Mo Limo (pantangan terhadap lima hal) bagi umat muslim. Larangan main wanita, larangan mabuk, larangan main judi, larangan mencuri, dan larangan menggunakan narkoba.
Sepanjang jalan menuju ke kompleks makam dan masjid, banyak stan penjual menawarkan barang khas kampung Arab. Mulai perlengkapan ibadah, siwak (sikat gigi zaman Rasul), minyak wangi, kacang Arab dan kurma.
Adapun kuliner khas Kampung Arab Ampel yang layak dicoba adalah roti maryam, kebab, dan pukis Arab. Ada juga olahan kambing dengan rempah khas Arab, gulai kacang hijau yang dicampur kaldu kambing, nasi tomat, nasi briyani, dan nasi kebuli.
Pasar yang buka dari pagi hingga malam ini sering jadi tujuan wisatawan untuk berburu aneka kuliner
Baca SelengkapnyaNagari Mandeh merupakan salah satu kampung nyaris terisolir. Letaknya sangat jauh dari Kota Padang.
Baca SelengkapnyaKuliner ini punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai mencegah diare hingga melancarkan aliran darah
Baca SelengkapnyaKolam ini dibangun oleh murid Sunan Ampel yang bernama Mbah Blumbang
Baca SelengkapnyaDi kampung Sekayu terdapat sebuah masjid yang lebih tua dari Masjid Agung Demak
Baca SelengkapnyaJembatan ini banyak dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara karena keunikannya.
Baca SelengkapnyaSeorang jaksa di Kejaksaan Negeri Tanjung Perak terlibat kecelakaan di Jalan Raya Darmo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (21/2) dini hari.
Baca SelengkapnyaDari berjualan di kawasan wisata, dia bisa meraup omzet Rp 3 juta per hari.
Baca SelengkapnyaPecinan Glodok hingga Pulau Kemaro jadi pilihan asyik wisata saat Imlek
Baca Selengkapnya