Meninggal di Usia Muda, Begini Perjuangan Lettu Soejitno Anak Bupati Tuban Melawan Musuh Masyarakat
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah
Lettu Soejitno mendapat pengetahuan tentang militer untuk pertama kalinya dari Perwira PETA di Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 1944, ia resmi berseragam hijau dengan pangkat Sho Danco.
Itulah modal utama bagi dirinya untuk turun ke medan tempur melawan penjajah. Mengutip situs resmi Desa Tumbrasanom Kabupaten Bojonegoro, Lettu Soejitno mengikuti perkembangan organisasi angkatan darat mulai dari BKR, TKR, TRI, hingga ABRI.
Kawasan Glendeng yang merupakan perbatasan Bojonegoro dan Tuban jadi salah satu lokasi pertempuran antara tentara penjajah dengan pribumi. Di sinilah, Lettu Soejitno gugur ketika usianya baru 23 tahun.
Baku tembak antara tentara penjajah di sisi utara Bengawan Solo (Tuban) melawan tentara pribumi di sisi selatan (Bojonegoro) tak terelakkan. Kedua belah pihak yang dipisahkan sungai Bengawan Solo selebar 80 meter saling menyerang. Pada 13 Januari 1949, Regu Sutrisno dan Regu Harjono diperintahkan memperkuat seksi Soewolo mempertahankan penyeberangan Glendeng. Hari berikutnya, 14 Januari 1949, Belanda berhasil menyeberangi Bengawan dan menduduki Desa Glendeng. Hal ini membuat pertahanan pasukan Indonesia menjauhi penyeberangan.
Pada sore hari tanggal 14 Januari 1949, Lettu Soejitno berangkat menuju pertahanan di Kaliketek untuk menemui komandan pertahanan kota, Lettu Bambang Soemantri. Mengetahui kondisi dan situasi kota keseluruhan, Soewolo dan pasukannya bergerak menuju Desa Glendeng.
Keesokan harinya, tanggal 15 Januari 1949, Soemantri dan Soejitno dikawal regu Haryono, serta Sersan Nurwulan Bintara kelompok komando kompi berangkat menyusul Soewolo ke Glendeng. Sesampainya di barat Glendeng, tampak di seberang, pasukan Belanda sibuk mengatur konstruksi jembatan untuk dilewati melintasi Bengawan Solo menuju Bojonegoro.
Melihat Belanda tengah sibuk, Soejitno mengambil senapan mesin Lewis yang dibawa Harjono dan menembakkannya ke arah musuh di seberang.
Nahas, tanpa sepengetahuannya ternyata di wilayah selatan, yakni di Glendeng, Belanda telah memperkuat pertahanan dan mengamankan proses pemasangan jembatan. Soejitno dilempari sebutir granat yang kemudian meledak di dekatnya. Tak hanya itu, mengutip Instagram @tuban_bercerita, peluru juga mengenai badan Soejitno. Ia pun gugur di lokasi perlawanan. Tembakan terus menghujani lokasi jenazah Soejitno, Sumantri dan regu Harjono yang mengawalnya pun tidak bisa mengambil dan merawat jenazah saat itu juga.
Berkat jasanya, Lettu Soejitno diabadikan menjadi patung di Alun-alun Bojonegoro serta nama sebuah jalan raya di wilayah setempat.
Letjen TNI beri pesan penting untuk anggotanya sampai singgung kesombongan.
Baca SelengkapnyaUntuk kalangan muda, menurutnya, memang harus mendapat perhatian dari pemerintah.
Baca SelengkapnyaApi dapat dijinakkan oleh petugas sekitar empat jam lebih setelah berkobar sejak pukul 19.30 Wib.
Baca SelengkapnyaDN gelap mata mengetahui mantan istrinya AG (24) akan menikah lagi. Dia menikami wanita itu hingga terluka parah sedangkan calon suaminya FR (30) tewas.
Baca SelengkapnyaSosok Lettu Fardhana kini tengah jadi sorotan dan perbincangan publik.
Baca SelengkapnyaKeduanya terpaksa mewakili sang putri saat wisuda lantaran Dewi telah berpulang ke pangkuan Tuhan.
Baca SelengkapnyaSetelah melakukan perbuatan asusila tersebut, tersangka kembali membujuk korban untuk menginap di rumahnya.
Baca SelengkapnyaMomen Pangkostrad berikan selamat pada anggotanya yang baru saja mendapat kenaikan jabatan.
Baca SelengkapnyaTersangka membunuh tetangganya itu karena menyimpan dendam sepuluh tahun lamanya.
Baca Selengkapnya