Potret Kehidupan Keluarga Tionghoa Terkaya di Jawa Timur, Beli Tanah untuk Bantu Negara
Keturunan keluarga ini terkenal sebagai sosok-sosok crazy rich.
Keturunan keluarga ini terkenal sebagai sosok-sosok crazy rich.
Keluarga Han dikenal sebagai keluarga Tionghoa terkaya pada masa kolonial Belanda. Keluarga yang berasal dari Lasem ini memainkan peran penting dalam mengonsolidasi kekuasaan Belanda di Jawa Timur.
Mengutip Instagram @lovesuroboyo, orang paling tua dari marga Han adalah Han Siong Kong. Pria ini lahir di Tiongkok pada tahun 1673, kemudian bermigrasi ke Lasem dan mendirikan keluarga Han di sana.
Mengutip artikel berjudul The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19th Centuries) karya Caludine Salmon, keluarga ini mulai menonjol di Indonesia pada abad ke-18 melalui aliansi dengan VOC.
Keluarga Han pindah dari Lasem ke wilayah Ujung Timur Jawa (Java van den Oosthoek) yang beribu kota di Surabaya. Putra dari Han Siong Kong, yaitu Han Bwee Kong (1727-1778) mengawali menginjakkan kaki di Surabaya. Keduanya hidup di masa VOC.
Bergelar sebagai Kapitein der chinezen, Han Bwee Kong memimpin warga keturunan Tionghoa di Kota Surabaya. Han Bwee Kong didampingi putranya Han Chan Piet yang menjadi wakilnya.
Pada tahun 1776, usai kematian sang ayah, Han Chan Piet sebagai generasi ketiga menggantikan posisi yang ditinggalkan. Ia jadi Kapitein der chinezen yang baru.
Pada pemerintahan Prancis dan Inggris (1806 – 1815), Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu menjual tanah pemerintah untuk mengisi kas negara. Pada tahun 1810, Daendels menjual distrik Besuki dan Panarukan.
Kapiten Han Chan Piet berkenan membeli aset negara seharga 400.000 dolar Spanyol. Atas jasa pembelian asetnya di Besuki dan Panarukan, Daendels mempromosikan Han Chan Piet ke jabatan yang lebih bermartabat, yaitu Majoor der Chinezen.
Mengutip situs resmi ciputra.ac.id, salah satu peninggalan keluarga Han di Surabaya yang masih bisa dijumpai hingga sekarang ialah Rumah Abu Han. Rumah sembahyang keluarga ini didirikan Han Bwee Koo di atas tanah seluas 1.500 meter persegi.
Rumah itu memiliki nilai sebagai peneguh Surabaya sebagai kota tua. Menjadi saksi bisu seluk beluk keturunan Han Bwee Koo dari generasi ke generasi.
Direktur Sjarikat Poesaka Soerabaia (Surabaya heritage Society), Freddy, mengungkapkan Rumah Abu Han jadi rumah sembahyang istimewa. Salah satunya karena ada makam di belakang rumah.
Mengutip Liputan6.com, salah satu hal yang tak bisa dilepaskan jika membicarakan keluarga Han ialah mitos sial kutukan. Konon, keturunan Han yang berani tinggal di Lasem akan mengalami kesialan.
Laki-laki akan bangkrut bila berbisnis, sementara perempuan tak akan punya keturunan. Konon, gara-gara mitos kutukan ini, keturunan atau marga Han tidak akan melintasi Lasem, baik jalur darat maupun udara.
Mereka juga punya hotel-hotel mewah di sejumlah negara Asia Tenggara
Baca SelengkapnyaDi dalam hunian yang terlihat begitu sederhana milik Putri Isnari ini, ada beberapa hal yang menarik perhatian.
Baca SelengkapnyaPenampakan rumah Crazy Rich Aceh yang sawer Lesti Kejora dengan uang segepok
Baca SelengkapnyaSetiap Rabu, rumah yang persis istana ini digunakan untuk pengajian umum
Baca SelengkapnyaBangunan rumah ini merupakan perpaduan arsitektur khas Belanda, Cina, dan Jawa
Baca SelengkapnyaKampung ini terletak di tengah hutan Taman Nasional Meru Betiri
Baca SelengkapnyaPengusaha tajir melintir yang kerap dijuluki sebagai 'Crazy Rich Malang' yakni Shandy Purnamasari menikmati liburan bersama keluarga di Amerika
Baca SelengkapnyaTiti Kamal dan keluarganya sedang menikmati liburan panjang mereka dengan istirahat sejenak dari semua kesibukan.
Baca SelengkapnyaSang ibu kini menjadi sorotan lantaran diduga menentang rencana rujuk putrinya dengan Indra Bekti.
Baca Selengkapnya