Imbauan di Rumah Aja, Pencacah Sampah Plastik Kekurangan Pasokan Bahan Baku
Merdeka.com - Imbauan bekerja, belajar serta beribadah di rumah rupanya mulai mengurangi volume sampah. Seperti yang terjadi di Kabupaten Buleleng, Bali, seorang pencacah sampah plastik mengaku mulai kekurangan pasokan bahan baku.
Eka Darmawan, seorang pengusaha pencacah sampah plastik di Desa Petandakan, Buleleng, Bali mengatakan bahan baku yang banyak berkurang tentu saja sampah plastik itu sendiri. Pun ia mengaku usahanya tidak terdampak besar dari wabah Virus Corona atau Covid-19, meski harga jualnya mengalami sedikit penurunan.
"Harga jualnya turun, tapi tak terlalu banyak turunnya, bahkan saya masih anggap normal," katanya di Buleleng.
Yang membuatnya cemas justru bukan harga yang turun, melainkan pasokan bahan baku dari para mitra kerjanya yang belakangan mulai menurun. Bisanya yang memasok sampah plastik ke tempat usahanya berasal dari sekolah dan bank sampah di desa-desa di Bali.
"Siswa sekarang melakukan proses belajar di rumah dan bank sampah mengurangi aktivitasnya juga," katanya.
Selama ini, kata Eka Darmawan, pihaknya bermitra dengan 25 bank sampah yang tersebar di Bali, seperti bank sampah di Buleleng, Kabupaten Bangli dan Klungkung.
"Dengan kebijakan social distancing, para pengelola dan pekerja bank sampah mengurangi aktivitasnya sehingga berpengaruh terhadap pengiriman bahan baku," katanya.
Di tempat usaha milik Eka Darmawan, kegiatan pencacahan sampah plastik tetap berlangsung. Bahan baku berupa sampah plastik tetap masih terjemur di halaman dan luar gudang. Sampah plastik berupa botol-botol bekas tertumpuk rapi dan siap untuk dicacah.
"Mesin pencacah masih terus berbunyi," kata Eka Darmawan.
Kini, ia masih mempekerjakan empat orang pegawai dan proses pencacahan sampah plastik masih berlangsung. Dua orang berada di atas untuk memasukkan botol plastik untuk dicacah, dan dua orang berada di bawah untuk mengumpulkan hasil cacahan.
"Hasil-hasil cacahan itu dijemur terlebih dahulu, setelah kering dimasukkan ke karung lagi untuk siap dikirim," kata Eka.
Setiap hari, usaha yang dinamakan Rumah Plastik itu mampu memproduksi cacahan plastik hingga satu ton. Eka Darmawan membeli sampah plastik dengan harga berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.
Misalnya, satu kilogram sampah plastik berupa jeriken putih dibeli dengan harga Rp3.500, botol plastik bening seharga Rp500 per kilogram, botol warna biru muda seharga Rp2.000 perkilogram dan botol warna hijau dan biru dibeli dengan harga Rp1.500 perkilogram.
"Untuk tutup botol, saya beli dengan harga Rp2.000 perkilogram," katanya. Seperti diberitakan Antara.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam rangka Hari Bumi 2024, para anak muda di Tapanuli Tengah lakukan aksi perlawanan terhadap plastik yang diinisiasi oleh Bank Sampah Yamantab (BSY).
Baca SelengkapnyaHanya dengan plastik kiloan, cabai dapat disimpan hingga berbulan-bulan dan tetap awet tanpa dibekukan. Ini caranya.
Baca SelengkapnyaKonsep hidup ramah lingkungan yang meminimalisir penggunaan kemasan plastik membuat aneka kerajinan anyaman bambu semakin diminati konsumen.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pungutan sebesar Rp150.000 bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali akan digunakan utamanya untuk menangani permasalahan sampah.
Baca SelengkapnyaSampah kiriman yang terbawa ombak di lautan itu tampak menutupi hamparan pasir putih di Pantai Kedonganan.
Baca SelengkapnyaJumlah sampah akan bertambah banyak jika memasuki awal tahun seperti Januari dan Februari.
Baca SelengkapnyaBank Rakyat Indonesia (BRI) menyalurkan bantuan tanggap darurat kepada warga terdampak banjir di Kabupaten Demak.
Baca SelengkapnyaPerusahaan tersebut mengekspor sarung tangan sebanyak 339 karton
Baca SelengkapnyaSeorang pedagang dikagetkan dengan temuan sekantong plastik. Plastik tersebut berisi peluru dan granat di pinggir kali.
Baca SelengkapnyaYogyakarta menjadi provinsi dengan tingkat hidup paling tinggi. Dibuktinya dengan banyaknya lansia yang masih hidup bahagia di provinsi ini.
Baca Selengkapnya