Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pakar Menilai Indonesia Terlalu Terburu-Buru Mengakhiri Status Pandemi

Pakar Menilai Indonesia Terlalu Terburu-Buru Mengakhiri Status Pandemi vaksin booster Moderna. © pixabay.com/mufidpwt

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan adanya peluang bahwa pandemiCOVID-19 akan berakhir pada bulan Maret 2023 mendatang. Menyusul pernyataan Jokowi tersebut, Dicky Budiman, epidemiolog dari Griffith University Australia sekaligus peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global, memang optimis bahwa pandemiCOVID-19 bisa dinyatakan berakhir pada kuartal pertama tahun 2023.

Namun, kemungkinan tersebut hanya bisa tercapai asalkan jumlah kasus positif COVID-19 tidak mengalami pelonjakan. Selain itu, vaksinasi ketiga atau booster juga harus terus digencarkan hingga mencapai cangkupan 90 persen sebelum pandemi ini dinyatakan berakhir.

Dicky memprediksi lonjakan kasus COVID-19 bakal terjadi hingga akhir Januari 2023 akibat banyaknya subvarian baru Omicron yang menyebar.“Sangat mungkin naik hingga Januari 2023, karena juga saat ini gelombang yang terjadi disebabkan lebih dari satu subvarian,” kata Dicky.

Bagaimanapun, akhir dari status pandemi ini bukan berarti virus Covid-19 tidak ada sama sekali. Menurut epidemiolog UGM, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D., virus tersebut akan tetap ada di tengah masyarakat. Hanya saja, tingkat keparahannya tidak lagi menjadi ancaman kesehatan yang serius.

Oleh karena itu, instruksi Presiden Jokowi yang meminta Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin untuk berkonsultasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengenai status pandemi COVID-19 pada bulan Oktober lalu dianggap terlalu terburu-buru. Hingga saat ini, kebijakan mitigasi COVID-19 dan juga perilaku masyarakat Indonesia masih dinilai kurang siap untuk menyambut berakhirnya status pandemi COVID-19.

Hingga saat ini, masyarakat belum sepenuhnya disiplin dalam melakukan 5M (mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas). Oleh karena itu, pemerintah hendaknya menerapkan kebijakan agar masker bisa menjadi budaya baru di masyarakat. Jika masyarakat dibiasakan untuk tetap memakai masker, terutama di ruang tertutup, maka risiko penularan virus COVID-19 dan penyakit saluran pernapasan lainnya dapat berkurang hingga 75%. Membiasakan diri untuk rajin mencuci tangan dan menghindari keramaian jika tidak terlalu diperlukan juga sama pentingnya.

polsek pasar minggu gelar vaksinasi booster covid 19

©2022 Merdeka.com/Arie Basuki

Pemerintah Indonesia sebaiknya terlebih dahulu memastikan cukup atau tidaknya suplai vaksin booster yang tersedia di berbagai daerah. Belum lagi, edukasi tentang pentingnya vaksinasi kepada masyarakat juga masih menjadi PR besar hingga saat ini. Sampai sekarang, capaian vaksinasi COVID-19 dosis pertama hanya 87,5 persen dan vaksinasi dosis kedua 73,41 persen.

Masyarakat yang sudah mendapat vaksin doksis ketiga atau booster baru 28,21 persen. Jumlah ini masih jauh dari target vaksinasi untuk mengakhiri status pandemi yang dikemukakan oleh Dicky Budiman.

Padahal, vaksinasi COVID-19 ini akan tetap dibutuhkan secara rutin hingga beberapa tahun ke depan menurut Teguh Haryo Sasongkok, peneliti kesehatan dari International Medical University Malaysia. Bagaimanapun juga, varian baru dari virus Corona ini akan terus bermunculan sehingga vaksin untuk virus tersebut juga perlu untuk selalu dimutakhirkan. Jika demikian, maka Indonesia masih mempunyai banyak PR yang harus diselesaikan sebelum bisa memasuki status endemi.

(mdk/tsr)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan
Menkes Budi: Kasus Covid-19 di Indonesia Jelang Natal dan Tahun Baru 2024 Tak Mengkhawatirkan

Budi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.

Baca Selengkapnya
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia
Sejarah 2 Maret: Kasus Pertama Virus Covid-19 di Indonesia

Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.

Baca Selengkapnya
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa
Jokowi ke Menkes soal Kasus Covid-19: Amati Betul Secara Detail Perkembangannya Seperti Apa

Informasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.

Baca Selengkapnya
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun
Covid-19 Naik Lagi, Menkes Minta Masyarakat Pakai Masker Selama Libur Akhir Tahun

Imbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.

Baca Selengkapnya
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster
Kasus Covid-19 Muncul lagi, Sekda Jateng Sebut yang Terpapar Karena Belum Booster

Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.

Baca Selengkapnya
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen
Pasien Covid-19 yang Dirawat di Rumah Sakit RI Naik 255 Persen

Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.

Baca Selengkapnya
Kemenkes: Penyintas Covid-19 yang Kena DBD Tak Muncul Bintik Merah, Tapi Demam Tak Reda hingga 10 Hari
Kemenkes: Penyintas Covid-19 yang Kena DBD Tak Muncul Bintik Merah, Tapi Demam Tak Reda hingga 10 Hari

Kemenkes memperoleh beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19, salah satunya datang dari Kota Bandung.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya