Mengenang Sosok Abdul Kadir, "Si Kancil" Andalan Timnas Indonesia yang Mulai Terlupakan
Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
Pemain legendaris Timnas Indonesia yang berposisi sebagai sayap ini dikenal dengan kelincahannya mengolah si kulit bundar saat berada di lapangan hijau.
Nama Abdul Sulaiman Kadir atau biasa disapa dengan Abdul Kadir ini mungkin terdengar asing di telinga pecinta sepakbola zaman sekarang. Namun namanya begitu tenar dan menjadi pemain andalan Tim Nasional Indonesia dari tahun 1965 sampai 1979.
Terkenal lincah dan gesit saat mengolah bola di atas lapangan, Abdul pun mendapat julukan sebagai "Si Kancil". Ia juga menjadi pemain satu-satunya yang memegang rekor jumlah penampilan dan pencetak gol terbanyak bagi Timnas Indonesia. (Foto: Wikipedia)
Dihimpun dari beberapa sumber, pada tahun 2021 namanya tercatat dalam anggota FIFA Century Club dan menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang berada di posisi tersebut.
Dalam karier klubnya, Abdul Kadir sempat bermain untuk tim-tim raksasa liga utama Indonesia seperti PSMS Medan, Persebaya Surabaya, hingga Arseto Jakarta. Lalu bagaimana perjalanan kariernya di kancah sepakbola? Berikut informasinya.
Dilansir dari bola.net, pemain kelahiran Denpasar, Bali, 27 Desember tahun 1948 ini sudah sejak kecil hobi bermain sepakbola. Klub pertama yang menjadi karier awal Abdul yakni Assyabaab di Surabaya. Tak lama, ia bergabung dengan salah satu klub Galatama yaitu Pardedetex, klub kaya dari Sumut.
Permainannya yang cukup gemilang bersama Pardedetex ini kemudian sampai ke mata PSSI. Di usianya yang masih 16 tahun, Abdul resmi dipanggil untuk memperkuat Timnas Indonesia untuk tampil di Ganefo atau Asian Games di Pyongyang tahun 1964.
Bermain sebagai pemain sayap, dengan tubuhnya yang mungil justru sangat menguntungkan dirinya. Hal ini dikarenakan kelincahan yang ditunjukkan saat pertandingan itu menjadi salah satu ciri khasnya.
Bersama Timnas, ia sudah meraih beberapa prestasi seperti Piala Raja tahun 1968, Merdeka Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura pada tahun 1972. Kemudian, Abdul pernah membawa Timnas menjadi runner up Piala Presiden Korsel tahun 1970-1972.
Kelincahan yang dimiliki Abdul pun kemudian disamakan dengan gaya permainan pemain legendaris Brazil sepanjang masa yaitu Pele. Memang, Abdul juga memiliki keahlian yang tidak kalah beda dengan Pele.
Pele bersama klub Santos pernah bermain di Stadion Gelora Bung Karno pada bulan Juni 1972 saat sedang berada dipuncak kejayaannya setelah membawa Timnas Brazil meraih juara Piala Dunia 1970.
Tak sampai situ, ketika Pele diundang oleh stasiun TVRI menjadi bintang tamu lalu mempertontonkan kepiawaiannya dalam mengolah bola, dan ada pemain Indonesia yang juga kesempatan mendampingi Pele, disitulah Abdul Kadir atau Si Kancil berdiri.
Saat mengikuti olimpiade tahun 1972 di München, Abdul Kadir juga terlibat dalam sejarah Timnas Indonesia yang di luar prediksi mengalami kekalahan saat babak penyisihan grup. Banyak orang termasuk Presiden FIFA saat itu yang mengandalkan Abdul dkk agar meraih kemenangan dan lolos ke babak selanjutnya.
Saat itu Indonesia berada satu grup dengan Thailand, India, dan Israel. Pertandingan pertama tim Garuda berhasil meraih kemenangan dengan skor 4-0 melawan Thailand, lalu saat pertandingan terakhir, Abdul Kadir dkk harus tunduk terhadap Israel dengan skor 1-0.
Mungkin apabila hasil melawan Israel berakhir imbang, maka Indonesia sudah pasti mendapatkan tiket untuk melaju ke Semifinal.
Meski perjalanan karier Abdul Kadir di dunia sepakbola sangatlah gemilang, namun di balik itu semua ia harus mengorbankan kehidupan pribadinya yang serba kekurangan. Kemudian, ditambah dengan penyakit ginjal, jantung, dan darah tinggi semakin menekan perekonomiannya.
Dengan kondisi yang menerpanya, ia harus mengurungkan niat untuk bermain sepakbola bahkan membela Timnas Indonesia sekalipun. Tahun 2002, ia memaksa dirinya untuk bisa melihat langsung tim nasional bermain dan meraih hasil kemenangan.
Nahas, Abdul Kadir meninggal di Jakarta pada tanggal 4 April 2003 saat usianya menginjak 55 tahun. Sedihnya lagi, setelah Abdul meninggal kehidupan keluarganya semakin menyedihkan. Sang anak pun meninggal dunia pada tahun 2005 karena sakit tipes akibat tidak ada biaya berobat.
Salah satu pemain yang dijuluki 'Si Kancil' ini digadang-gadang menjadi sosok penting dalam sejarah sepak bola di Indonesia.
Baca SelengkapnyaMeski hanya berpostur 168 cm, sebagai gelandang ia begitu andal dalam menjaga ritme permainan tim di lapangan.
Baca SelengkapnyaAtlet catur legendaris Indonesia yang satu ini memiliki gaya bermain yang taktis dan sudah menyabet beberapa gelar skala internasional.
Baca SelengkapnyaMemiliki postur pendek, Iswadi memiliki kelebihan dalam menggiring bola dan mampu jadi pemain yang produktif dalam mencetak gol.
Baca SelengkapnyaKekuatan Timnas Indonesia bertambah usai dua pemain keturunan asal Belanda resmi sandang WNI. Ini sosoknya.
Baca SelengkapnyaSetelah peluit pertandingan berakhir berbunyi, mereka larut dalam euforia kemenangan.
Baca SelengkapnyaBerikut latar belakang keluarga pemain sepak bola Timnas Indonesia, Egy Maulana Vikri.
Baca SelengkapnyaKlub kebanggaan Sumatra Barat ini kembali berkompetisi di Liga 1 Indonesia musim 2024/2025.
Baca SelengkapnyaGelandang Irak, Muntadher Mohammed, mengakui jika Tim nasional Indonesia U-23 adalah lawan yang sangat kuat.
Baca Selengkapnya