Potensi Indonesia Jatuh Resesi Rendah, ini Alasannya
Merdeka.com - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Bambang Soesatyo memastikan, ekonomi Indonesia masih jauh dari potensi terjadinya resesi di tengah proyeksi krisis ekonomi akibat gelombang inflasi pasca pandemi Covid-19. Bamsoet menyebut, saat ini, potensi terjadinya resesi di Indonesia tergolong kecil dibandingkan sejumlah negara lainnya. Yakni, hanya berkisar 3 persen.
"Dari hasil survey Bloomberg, Indonesia dinilai sebagai negara dengan resiko resesi yang kecil, hanya 3 persen, sangat jauh jika dibandingkan dengan rata-rata negara Amerika dan Eropa, yang mencapai 40 hingga 55 persen, ataupun negara Asia Pasifik pada rentang antara 20 hingga 25 persen," ujarnya dalam pembukaan sidang tahunan MPR RI di Jakarta, Selasa (16/8).
Bamsoet mengungkapkan, capaian positif ini berkat kesigapan Pemerintah dalam menyikapi ancaman krisis. Antara lain berkat penyusunan prioritas dan realokasi anggaran secara tepat.
Kemudian, kebijakan burden sharing tidak hanya dengan moneter, tetapi juga dengan dunia usaha dalam upaya mempermudah akses pembiayaan ketidakpastian di masa mendatang. Selain itu, sejumlah intensif yang digelontorkan pemerintah juga efektif untuk membantu ketahanan dunia usaha di tengah pandemi Covid-19.
Waspadai Ancaman Hiper-Inflasi
Namun demikian, dia mengingatkan pemerintahan untuk tidak lalai terhadap potensi hiper-inflasi dalam beberapa waktu ke depan. Mengingat, kenaikan inflasi dapat menjadi ancaman bagi perekonomian nasional.
Badan Pusat Statistik mencatat, bahwa per Juli 2022, laju inflasi Indonesia berada di level 4,94 persen. Sementara, pada bulan Agustus diprediksi akan meningkat pada kisaran 5 hingga 6 persen.
"Bahkan pada bulan September 2022, kita diprediksi akan menghadapi ancaman hiper-inflasi, dengan angka inflasi pada kisaran 10 hingga 12 persen," tutupnya.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keduanya membahas tentang situasi dan kondisi dunia saat ini, termasuk kepada masalah ekonomi dan keamanan negara.
Baca SelengkapnyaProyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaCapaian PMI manufaktur tersebut menandakan Indonesia telah benar-benar keluar dari pandemi Covid-19.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen itu didorong oleh penyelenggaraan pemilu secara serentak 2024.
Baca SelengkapnyaJokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaDalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaUntuk mencapai Indonesia emas tahun 2045, mulai tahun 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaDia berharap agar penerus kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mampu mempertahankan stabilitas ekonomi di Indonesia.
Baca Selengkapnya