Catatan si Roy dari tanah Palu
Merdeka.com - Hanya satu kata yang diucapkan Angga Yudha Pratomo saat menerima panggilan telepon dari markas redaksi merdeka.com. "Siiiaaaapppp..." Begitu jawabnya menerima penugasan dari kantor. Penugasan untuk terbang ke Palu, dua hari setelah bencana gempa dan tsunami melanda Sulawesi Tengah.
Dari sekian banyak wartawan merdeka.com, Angga cukup beruntung karena dianggap memenuhi kualifikasi. Sebagai pelaksana tugas (Plt) kepala desk Khas alias rubrik khusus di merdeka.com, tentu saja dia sudah terbiasa menulis lebih panjang dan detail. Memberi reportase mendalam. Dia juga terbiasa bekerja dalam 'sunyi', keluar dari keramaian dan keriuhan wartawan lainnya.
Berbekal satu tas ransel, Angga siap bertolak ke Palu. Sebelum berangkat, pria yang akrab disapa Roy ini menyempatkan diri berpamitan ke kantor redaksi kami di bilangan Tebet, Jakarta Selatan. Sekaligus menitipkan Vespa Excel biru kesayangannya di halaman parkir belakang.
"Ini liputan bencana skala besar pertama," ungkap Roy saat berbincang di teras belakang kantor redaksi.
Setiba di Palu, daftar 'belanja' bahan berita sudah dikantongi. Roy ditugaskan ke beberapa daerah, mencari sebanyak mungkin narasumber, menggali sedalam-dalamnya cerita. Tapi bukan lagi cerita kesedihan akibat bencana, tapi kuatnya warga untuk kembali bangkit.
Dalam satu hari, Roy tidak pernah diam di satu tempat. Dia memisahkan diri dari kebanyakan wartawan yang juga melaksanakan tugas peliputan di sana. Banyak tempat disinggahi. Roy tidak sendiri. Dia punya teman baru. Sandi namanya (bukan Sandiaga Uno). Sandi yang ini adalah Warga Desa Wani.
Ditemani Sandi dan sepeda motor andalannya, Roy menengok kawasan Petobo, Balaroa, Pantai Talise, Jembatan Kuning, hingga Mamboro. Di Mamboro, Roy bercerita mengenai kapal dua besar yang terseret ombak tsunami hingga ke tengah jalan raya. Di Sigi, dia menyusuri desa Jono Oge yang sudah rata dengan tanah akibat likuifaksi. Dia sempat ke Desa Sibalaya hingga Bendung Gumbasa. Kakinya juga sampai ke Desa Wani di Donggala.
Di sela tugas peliputan, Roy juga harus membantu warga yang kesulitan. Misalnya saat warga Desa Wani kesulitan mendapat pakaian dan masker. Bersama Sandi, Roy bergerak ke Korem untuk meminta bantuan.
"Dikasih dua karung gede banget. Persis kayak karung pedagang pakaian di Tanah Abang. Gue bawa pakai motor sama si Sandi. Ya gue bantu yang memang bisa gue lakuin," ceritanya.
Buat Roy, selagi bisa membantu, harus dilakukan. Seperti ketika dia disetop warga Desa Jono Oge, Sigi. Warga meminta bantuan karena belum mendapat logistik makanan. Dengan sigap Roy mengambil gawainya. Dia merekam video keluhan warga. Video itu dikirimkan ke anggota Korem.
"Gue sekadar informasikan kalau ada pengungsian di Desa Jono Oge yang butuh logistik. Ya gue ngga bisa kasih logistik, hanya begitu yang bisa gue bantu."
Selama tujuh hari Roy bertugas di Palu. Beberapa hari tidur di pengungsian. Kulitnya menghitam, hampir tidak dikenali rekan-rekan di kantor. Bagi Roy, itu tidak masalah. Terpenting pengalaman liputan di Palu yang tidak akan pernah bisa dilupakan.
Pada satu waktu Roy berjalan seorang diri di Petobo. Azan maghrib berkumandang. Malam pekat, tanpa penerangan. Seperti berjalan di kota mati. Kanan kirinya rumah yang sudah hancur berantakan. Mungkin masih banyak jenazah yang tertimbun di bangunan rumah.
"Di sepanjang jalan, pikiran gue kayak dibawa ke suasana saat kejadian. Karena pas kejadian kan juga jelang maghrib. Jadi di pikiran tuh kayak ada orang yang teriak minta tolong, suara orang nangis," katanya.
Pembaca yang baik, selain kerja jurnalistik, wartawan yang meliput di lokasi bencana juga punya tugas kemanusiaan. Misi kemanusiaan tetap di atas segalanya, keselamatan diri wartawan adalah yang utama, dan semua cerita dari lokasi bencana harus dikabarkan.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaKonon menurut cerita kedua pohon ini berasal dari sepasang pengantin yang bertengkar
Baca SelengkapnyaApa itu Pemilu penting diketahui setiap warga negara.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Siapa sangka jika lalapan pernah jadi "juru selamat" warga Belanda di masa perang.
Baca SelengkapnyaSiapa yang tak kenal Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu. Sosoknya sudah tak asing lagi di masyarakat.
Baca SelengkapnyaRengginang sudah ada sejak puluhan tahun silam di tanah Priangan
Baca SelengkapnyaJaka Sembung jadi tokoh fiksi yang berasal dari Indramayu Jawa Barat. Intip fakta menariknya.
Baca SelengkapnyaKedutan mata oleh masyarakat Indonesia acap dikaitkan dengan pertanda baik dan buruk.
Baca SelengkapnyaRumah adat dari Provinsi Sumsel ini berdiri di atas air tepatnya di pinggiran Sungai Musi, Sungai Ogan, dan Sungai Komering.
Baca Selengkapnya