Sejarah 15 Agustus 1944: Dimulainya Operasi Dragoon, Invasi Sekutu ke Arah Prancis Selatan
Operasi ini bertujuan untuk untuk menduduki wilayah selatan Prancis yang dikuasai oleh Jerman Nazi, dan untuk membebaskan Eropa dari penjajahan Nazi.
Operasi ini bertujuan untuk untuk menduduki wilayah selatan Prancis yang dikuasai oleh Jerman Nazi, dan untuk membebaskan Eropa dari penjajahan Nazi.
Pada tanggal 15 Agustus 1944, dunia menyaksikan momen penting dalam sejarah Perang Dunia II dengan pelaksanaan Operasi Dragoon. Operasi ini adalah sebuah langkah strategis yang dilakukan oleh pasukan Sekutu untuk merebut wilayah selatan Prancis yang masih dikuasai oleh pasukan Jerman Nazi. Dikenal juga dengan sebutan "Invasion of Southern France" atau "Operation Anvil," operasi ini menjadi bagian integral dari upaya Sekutu dalam membebaskan Eropa dari cengkeraman penjajahan Nazi.
Operasi Dragoon adalah invasi Sekutu ke Prancis selatan sebagai bagian dari Perang Dunia II. Invasi ini terjadi di antara Toulon dan Cannes. Invasi ini dilakukan oleh Amerika Serikat dan Britania Raya terhadap Nazi Jerman di Prancis selatan. Invasi ini dapat dimenangkan oleh pasukan sekutu.
Operasi Dragoon memiliki dua tujuan utama: memaksa pasukan Jerman di Prancis untuk berperang di dua arah dan memberi pasukan Sekutu akses ke fasilitas pelabuhan vital di Marseilles dan Toulon. Operasi ini melibatkan pasukan darat, laut, dan udara dari berbagai negara, termasuk Prancis Merdeka yang dipimpin oleh Jean de Lattre de Tassigny. Operasi ini juga mendapat dukungan dari gerakan perlawanan Prancis yang melakukan sabotase dan serangan terhadap pasukan Jerman.
Operasi Dragoon awalnya dikandung sebagai Operasi Anvil, yang menyerukan invasi ke Prancis selatan sebagai bagian dari Perang Dunia II.
Operasi ini pertama kali diusulkan oleh Jenderal George Marshall, Kepala Staf Angkatan Darat AS, dan dimaksudkan untuk bertepatan dengan Operasi Overlord, yang terjadi pada Juni 1944. Operasi ini sempat ditunda karena progress yang lambat di Italia serta kurangnya kapal pendarat. Penundaan lebih lanjut terjadi setelah pendaratan amfibi yang sulit di Anzio pada Januari 1944. Operasi ini sangat didukung oleh Panglima Tertinggi Sekutu Jenderal Dwight D. Eisenhower, karena akan menarik pasukan Jerman menjauh dari pergerakan Sekutu di utara serta akan menyediakan dua pelabuhan yang sangat dibutuhkan, Marseille dan Toulon, untuk pasokan pendaratan.
Namun, Operasi ini juga ditentang keras oleh Perdana Menteri Inggris Winston Churchill, yang melihatnya sebagai pemborosan sumber daya. Ia lebih suka memperbarui serangan di Italia atau mendarat di Balkan. Ia juga ingin melakukan serangan yang akan memperlambat kemajuan Tentara Merah Soviet sementara juga merugikan upaya perang Jerman. Pemimpin Rusia Joseph Stalin mendukung Operasi Dragoon dan mengesahkannya pada Konferensi Teheran 1943. Ia berharap bahwa invasi ini akan membantu mengakhiri perang lebih cepat dengan mengalahkan Jerman dari dua arah.
Pihak-pihak yang terlibat dalam Operasi Dragoon adalah sebagai berikut: Pihak Sekutu, yang terdiri dari: • Amerika Serikat, yang menyediakan pasukan darat, laut, dan udara untuk invasi. Pasukan darat AS dipimpin oleh Mayor Jenderal Alexander Patch dan termasuk Angkatan Darat Ketujuh AS dan Korps VI AS.
• Perancis, yang menyediakan pasukan darat, laut, dan udara untuk invasi. Pasukan darat Perancis dipimpin oleh Jenderal Jean de Lattre de Tassigny dan termasuk Armée B dan Pasukan Prancis Merdeka (FFI). • Britania Raya, yang menyediakan bantuan udara dan laut untuk invasi. Bantuan udara termasuk Angkatan Udara Kerajaan (RAF) dan Angkatan Udara Kerajaan Kanada (RCAF). Bantuan laut termasuk Armada Kelapan. • Kanada, yang menyediakan bantuan udara untuk invasi. Bantuan udara termasuk RCAF. • Negara-negara lain yang juga memberikan bantuan udara atau laut untuk invasi, seperti Australia, Afrika Selatan, Yunani, Selandia Baru, Polandia, dan lainnya.
Pihak Jerman Nazi, yang terdiri dari: • Kumpulan Tentera Darat G, yang bertanggung jawab atas pertahanan Prancis selatan. Kumpulan ini dipimpin oleh Jenderal Johannes Blaskowitz dan termasuk Tentera Darat Ke-19 yang dipimpin oleh Jenderal Friedrich Wiese. • Pasukan Ostlegionen, yang merupakan pasukan bantuan Jerman yang terdiri dari sukarelawan atau tawanan perang dari negara-negara Uni Soviet, Timur Tengah, India, dan lainnya. Pasukan ini dikenal sebagai pasukan berkualitas rendah dan dilengkapi dengan peralatan usang.
Operasi Dragoon memiliki dampak yang signifikan pada Perang Dunia II, terutama di front barat. Berikut adalah beberapa dampaknya: • Operasi Dragoon membuka front baru di Prancis selatan, yang memaksa pasukan Jerman untuk berperang di dua arah dan membagi kekuatan mereka. Ini mengurangi tekanan pada pasukan Sekutu yang mendarat di Normandia dan mempercepat kemajuan mereka ke arah perbatasan Jerman.
• Operasi Dragoon memberikan pasukan Sekutu akses ke pelabuhan besar di Marseille dan Toulon, yang sangat dibutuhkan untuk mengirim pasokan dan penguatan ke front barat. Pelabuhan-pelabuhan ini juga memungkinkan Sekutu untuk mendirikan pangkalan udara dan laut di wilayah tersebut, yang meningkatkan kemampuan mereka untuk melancarkan serangan udara dan laut terhadap target Jerman.
• Operasi Dragoon memperkuat peran Prancis sebagai sekutu penting dalam perang melawan Jerman. Pasukan Prancis Merdeka berperan aktif dalam invasi dan pembebasan wilayah Prancis selatan, yang meningkatkan moral dan patriotisme mereka. Operasi ini juga mendapat dukungan dari gerakan perlawanan Prancis, yang menyediakan informasi intelijen dan melakukan sabotase terhadap pasukan Jerman.
• Operasi Dragoon menunjukkan kerjasama dan koordinasi yang efektif antara cabang-cabang militer Sekutu, seperti angkatan darat, laut, dan udara. Operasi ini juga melibatkan pasukan dari berbagai negara, seperti Amerika Serikat, Britania Raya, Prancis, Kanada, Polandia, Yunani, dan lainnya. Operasi ini menunjukkan kemampuan Sekutu untuk melakukan operasi pendaratan amfibi berskala besar dengan sukses.
Prancis yang tidak terima karena wilayahnya direbut berusaha untuk melancarkan serangan. Pihak Jerman pun bersiap, hingga akhirnya pertempuran pun pecah.
Baca SelengkapnyaDachau awalnya merupakan kamp tahanan politik, namun akhirnya berkembang menjadi kamp kematian di mana ribuan orang Yahudi meninggal.
Baca SelengkapnyaPerjanjian Pressburg mengakhiri perang dengan memberikan keuntungan kepada Prancis, yang berhasil mengalahkan Austria di dua pertempuran besar.
Baca SelengkapnyaDalam pelaksanaan operasi pemulihan keamanan di Aceh oleh pemerintah berhasil meredam gerakan pemberontakan oleh prajurit Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Baca SelengkapnyaKeberadaan organisasi kepanduan di Indonesia sudah lahir sejak tahun 1912
Baca SelengkapnyaAksi terorisme memberi dampak buruk, maka setiap 21 Agustus ditetapkan Hari Peringatan dan Penghargaan Korban Terorisme
Baca SelengkapnyaPerjuangan dan semangat yang dimiliki pasukan tentara Indonesia melawan Belanda demi mempertahankan kemerdekaan begitu besar dalam peristiwa ini.
Baca SelengkapnyaSiapa yang tidak tahu PO. Antar Lintas Sumatera atau disingkat ALS? Perusahaan Bus asal Sumatera ini melayani trayek hingga Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaPatung Liberty merupaka proyek bersama Prancis dan Amerika Serikat.
Baca Selengkapnya