Fakta Unik Masjid Agung Nur Sulaiman Banyumas, Cagar Budaya Sarat Sejarah yang Telah Berusia 3,5 Abad
Banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755
Banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755
Di sebelah barat Alun-Alun Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah bangunan masjid kuno, namanya Masjid Agung Nur Sulaiman.
Foto: YouTube Jejak Pamong
Dilansir dari Rri.co.id, banyak penutur sejarah yang menyebut bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1755, tepatnya pada akhir masa pemerintahan Raden Tumenggung Yudanegara II.
Dulunya masjid ini dikenal dengan nama Masjid Agung Banyumas, namun pada tahun 1992 namanya berubah menjadi Masjid Agung Nur Sulaiman. Nama itu dipakai hingga sekarang.
Pengurus takmir Masjid Agung Nur Sulaiman, Wahyu Sukiman, mengatakan bahwa kini masjid itu telah terdaftar sebagai bangunan cagar budaya. Menurutnya, bangunan masjid itu masih terjaga keasliannya sejak berdiri hingga sekarang.
“Jadi tidak ada perubahan bentuk sama sekali. Monumen atau cagar budaya di Banyumas yang asli sejak berdirinya ya Masjid Agung Nur Sulaiman,” kata Wahyu dikutip dari kanal YouTube Jejak Pamong.
Di serambi masjid, terdapat bedug yang ukurannya cukup besar. Wahyu mengatakan bahwa bedug itu merupakan sebuah artefak masjid yang dibuat pada tahun 1890. Bedug itu biasanya digunakan sebagai penanda waktu salat.
“Bedug ini sesungguhnya melambangkan teknologi pada masanya. Udara waktu itu masih bersih. Sehingga ketika bedug ini dipukul, gaungnya melintasi desa-desa. Karena belum ada toa, speaker, dan sebagainya, orang-orang cukup mendengar bedug ini langsung datang ke masjid,” kata Wahyu.
Wahyu mengatakan, kayu yang menjadi bahan penyusun bangunan masjid itu terbuat dari kayu jati asli. Bangunan itu ditopang oleh empat saka guru utama, serta dua belas saka pengarak.
Di dalam masjid, ada benda-benda peninggalan kuno lainnya yaitu mimbar yang berbentuk tandu dan beratap. Selain itu, ada benda lain menyerupai mimbar yang disebut “maksurah”.
“Kalau dilihat bentuknya ini seperti panggung, memiliki empat pilar tapi tidak ada atapnya. Ini dulunya berfungsi sebagai tempat salat penguasa. Bisa bupati, raja, atau orang-orang yang memiliki jabatan, karena yang namanya penguasa itu harus dilindungi,” terang Wahyu.
Di dalam masjid itu, ada ruang tanpa pintu yang diperuntukkan khusus bagi tempat imam. Keberadaan tempat khusus imam ini jarang ditemukan pada masjid-masjid lain di Indonesia.
Pada tahun 1992, nama masjid itu diubah menjadi “Nur Sulaiman”. Wahyu mengatakan bahwa pemberian nama itu mengacu pada dua tokoh yang memiliki kontribusi pada masjid itu.
Nama “Nur” diambil dari Nur Daiman I yang merupakan arsitek masjid. Sementara nama “Sulaiman” diambil dari nama tokoh agama sekaligus penghulu pertama Banyumas yaitu Ki Ageng Sulaiman.
Masjid yang konon sudah berusia lebih dari satu abad ini memiliki nuansa Melayu yang begitu kental serta tradisi unik.
Baca SelengkapnyaMasjid unik ini gunakan nama bahasa Sunda bukan Arab. Ini fakta di baliknya.
Baca SelengkapnyaMasjid tertua itu merupakan tonggak awal perkembangan Islam di daerah tersebut
Baca SelengkapnyaMasjid ini dulunya jadi tempat rahasia bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaMasjid ini bernuansa modern dengan perpaduan arsitektur Timur Tengah dengan tetap menonjolkan arsitektur budaya Jawa.
Baca SelengkapnyaMengingat usianya yang begitu tua, masjid ini punya sejarah yang panjang
Baca SelengkapnyaMasjid yang semula kecil dan sederhana ini, kini menjelma menjadi bangunan indah.
Baca SelengkapnyaKota Palembang memiliki ragam bangunan kuno yang sampai sekarang masih bisa dijumpai.
Baca SelengkapnyaMasjid itu menjadi saksi bisu pembebasan Irian Barat pada tahun 1960.
Baca Selengkapnya