Kisah Unik dari Desa Mertelu Gunungkidul, Satu Kawasan Hanya Boleh Dihuni 3 Kepala Keluarga
Asal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Asal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat sebuah kampung terpencil yang berada di kawasan perbukitan, namanya Desa Mertelu.
Asal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Dilansir dari kanal YouTube DMTV, petilasan tersebut berada di kompleks Masjid Sunan Kalijaga. Konon posisi migit tersebut berpindah-pindah.
Pada zaman dahulu, bangunan petilasan tersebut hanya berupa cungkup, namun kini petilasan tersebut sudah dilindungi dengan bangunan batako dengan model limasan.
Konon, dahulu ada seorang wali yang datang ke desa tersebut. Setelah sampai di sana, wali tersebut disuguhi makanan oleh seorang janda tua berupa tiga nasi golong. Atas pemberian tersebut, sang wali merasa sangat terharu.
Dalam perkembangannya, area kompleks yang terdapat bangunan petilasan tersebut hanya bisa dihuni tiga kepala keluarga.
Dikutip dari kanal YouTube DMTV, pernah terjadi dua kali bencana terhadap rumah tambahan. Hal inilah yang diungkapkan Suyitno, salah seorang warga yang menghuni kawasan tersebut.
Ia mengatakan, pernah ada seorang warga yang mendirikan rumah di kompleks itu. Namun kemudian rumah tersebut ikut terbawa arus banjir dari sebuah sungai yang berada di samping Migit Tiban.
Kejadian lainnya adalah terbakarnya sebuah rumah tambahan sehingga hanya menyisakan tiga buah rumah. Hingga kini tidak ada warga yang mendirikan rumah di area migit tersebut.
Suyitno mengatakan, terdapat mundung atau gundukan tanah yang terdapat di dalam bangunan Migit Tiban. Menurut pengamatannya, mundung tersebut sebenarnya tumbuh walaupun sangat lambat.
Kawasan Migit Mertelu juga menjadi tempat dilakukannya upacara bersih desa pada saat peringatan Rasulan. Apabila tradisi Rasulan di Migit sudah dimulai, daerah di sekitarnya baru berani melaksanakan Rasulan.
Tradisi tersebut dilakukan sebagai wujud rasa syukur terhadap rizki yang diberikan oleh Tuhan. Migit Mertelu juga kerap dijadikan tempat ritual untuk memohon hajat tertentu baik terkait karier, kelancaran usaha, maupun kesembuhan.
Pernah ada cerita di mana ada peziarah yang membawa kerabatnya yang menderita kelumpuhan kaki. Setelah berziarah, kerabat yang lumpuh itu mendapatkan kesembuhan.
Tempat itu juga pernah menjadi tempat berdoa meminta hujan setelah sekian lama tidak hujan. Begitu selesai dilakukan doa bersama, tak perlu menunggu lama hujan pun turun.
Hingga kini, kepercayaan tersebut dihormati masyarakat setempat sebagai penghormatan kepada para leluhur. Penghormatan juga dilakukan kepada Sunan Kalijaga yang diyakini pernah singgah di desa tersebut.
Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.
Baca SelengkapnyaDesa ini sebelumnya terkenal sebagai titik jalur pendakian Gunung Merbabu
Baca SelengkapnyaDi musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaDi luar ancaman yang begitu nyata dari letusan Gunung Merapi, kampung ini memiliki keindahan alam yang memukau.
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaPemerintah Provinsi Jawa Barat siap mengirimkan keikutsertaan Tari Kandangan pada 17 Agutus di Istana Merdeka
Baca SelengkapnyaMemet memberikan kesaksiannya terkait ada kegiatan perangkat desa yang tidak netral.
Baca SelengkapnyaPemuda di Desa BRILian Janti pilih bekerja di kampungnya daripada merantau.
Baca Selengkapnya