Asal-usul Orang Kincai, Konon Jadi Penghuni Pertama dan Tertua di Pulau Sumatra
Kelompok etnis pribumi Pulau Sumatra ini mendiami di sekitar kaki Gunung Kerinci yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu.
Kelompok etnis pribumi Pulau Sumatra ini mendiami di sekitar kaki Gunung Kerinci yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu.
Kerinci merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian barat Provinsi Jambi.
Wilayah yang dikenal dengan sebutan sekepal tanah dari surga itu diambil dari bahasa Tamil yaitu Kurinji yang merupakan nama bunga yang tumbuh di pegunungan India Selatan.
Meski namanya di ambil dari negara lain, namun rupanya hubungan orang India dengan Kerinci sudah terjalin cukup lama. Bahkan, nama Kerinci merupakan sebuah pemberian dari pedagang India Tamil. (Foto: Wikipedia)
Mungkin sebagian orang mengira jika Kerinci adalah nama sebuah gunung. Namun, pada awalnya memang penamaan Kerinci ini merujuk pada sebuah gunung dan danau.
Seiring berjalannya waktu, nama-nama wilayah yang ada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama.
Kabupaten Kerinci memiliki masyarakat asli yang diberi nama Orang Kincai atau Suku Kerinci. Mereka sudah hidup ribuan tahun dan konon menjadi orang pertama yang mendiami Pulau Sumatra.
Mengutip dari beberapa sumber, asal-usul Orang Kincai sendiri bermula dari manusia purba Homo Sapiens yang lebih dulu menghuni Pulau Sumatra.
Buktinya terdapat serpihan batu obsidian dan sisa-sisa tulang hewan yang sudah terjadi 15.000 tahun yang lalu.
Kemudian, terjadi aktivitas migrasi oleh orang-orang Austronesia yang terjadi pada 3.500 tahun yang lalu. Hal ini terkait dengan penemuan situs Bukit Arat dan situs Koto Pekih dengan alat-alat beserta tembikar.
Ada pun pemukiman pra-sejarah yang lebih muda hidup di Kerinci yaitu sekitar abad ke-5 hingga abad ke-9 dengan peninggalan berupa Batu Silindrik, bekas rumah panggung, serta kuburan tempayan yang masih satu lapisan generasi dengan artefak perunggu dan besi.
Keberadaan Orang Kincai ini konon dianggap sebagai pusat peradaban Melayu yang tertua di dunia. Selain itu, salah seorang peneliti mengungkapkan bahwa kawasan Kerinci sudah ada kehidupan manusia sejak 10.000 tahun silam.
Kelompok manusia yang pertama kali mendiami wilayah Kerinci bernama Kecik Wok Gedang Wok. Orang-orang ini diduga kuat menjadi manusia pertama yang mendiami pulau Sumatra. Uniknya, suku ini usianya lebih tua ketimbang suku-suku yang ada di Benua Amerika.
Dalam catatan sejarah, nama Kerinci bersumber dari Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang ditulis pada abad 14. Di dalam kitab tersebut, Kerinci dinamakan sebagai Bhumi Kurinci.
Bahasa Kerinci masih termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu Polinesia Barat dan satu keluarga dengan bahasa Melayu dan Minangkabau.
Bahasa ini juga memiliki ragam dialek, setiap dusun atau antar wilayah memiliki bahasa masing-masing.
Selain bahasa, Orang Kincai juga memiliki aksara sendiri yang digunakan untuk menulis yang bernama Aksara Incung. Tulisan-tulisan ini masih dalam garis keturunan dari aksara Sumatra Kuno yang digunakan pada abad ke-14.
Dalam masyarakat Kincai, mereka masih menganut sistem matrilineal atau ditentukan dari garis keturunan ibu hingga ke nenek moyang pertama. Penggunaan sistem ini diperhitugkan dalam pewarisan harta pusaka, salah satunya gelar adat.
Suku Kerinci terbagi dalam sub-suku yang disebut Kelbu dan Luhah. Luhah sendiri terdiri dari persekutuan kelbu karena ikatan kekerabatan nenek moyang. Penggolongan Kelbu dan Luhah didasarkan pada garis matrilineal.
Kedua suku tadi memiliki harta bersama yang diwariskan secara turun-temurun mulai dari tanah hingga gelar yang disakralkan. Meski warisan berupa tanah sangat dilarang keras untuk dijual, namun beberapa Orang Kincai memilih untuk menjualnya karena keterbatasan ekonomi.
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Baca SelengkapnyaJembatan yang satu ini konon menjadi jembatan tertua yang ada di Pulau Sumatera.
Baca SelengkapnyaBukan hanya di Pulau Jawa saja, pondok pesantren juga berdiri di Pulau Sumatera yang usianya sudah lebih dari ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaPenghuni asli Pulau Rempang yang hidup di hutan belantara kini sudah berada diambang kepunahan.
Baca SelengkapnyaSebelum dirinya menjabat sebagai Bupati Ogan Ilir, Panca merupakan seorang pengusaha kondang di Sumatra Selatan
Baca SelengkapnyaAnggrek ini hanya hidup dan tumbuh di daerah tertentu dan kini sudah menjadi flora endemik Sumatra Utara.
Baca SelengkapnyaSuku asli dari kota Pagaralam, Ogan Komering Ulu Selatan, dan Muara Enim ini melakukan perlawanan terlama dalam sejarah.
Baca SelengkapnyaDi Desa Ciawi Japura, Cirebon, Jawa Barat, ditemukan sebuah situs batu tulis berusia ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaKudapan dari Pariaman ini terbuat dari kacang tanah yang dicampur dengan gula aren dan kerap dijadikan oleh-oleh.
Baca Selengkapnya