Sudah Mulai Terlupakan, Ini Sejarah dan Asal-usul Aksara Batak yang Jarang Diketahui Orang
Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Sebelum mengenal tulisan yang kita lihat saat ini, dulunya terdapat tulisan tradisional yang berkembang serta digunakan untuk menulis pada sebuah objek berupa batu, atau kulit kayu.
Banyak orang yang mengenal tulisan-tulisan tradisional atau biasa disebut aksara ini hanya berkembang di masyarakat Suku Jawa saja.
Akan tetapi, tulisan aksara tersebut rupanya juga berkembang di Pulau Sumatera tepatnya pada Suku Batak di masa lampau.
Aksara Batak ini biasa disebut dengan Surat Batak atau Surat na Sampulu Sia yang artinya kesembilan belas huruf atau bisa juga disebut Si Sia-sia. Secara umum, aksara ini merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi.
Lantas, bagaimana sejarah dan asal-usul dari Aksara Batak? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Awalnya Aksara Batak berkembang di daerah Angkola hingga Mandailing yang tidak jauh dari perbatasan Sumatera Barat.
Kemudian, aksara ini menyebar hingga ke bagian utara hingga membentuk aksara purba Toba-Timur-Simalungun.
Daerah Karo menjadi satu-satunya daerah yang paling terlambat menerima tulisan Aksara Batak.
Akan tetapi, di daerah ini Aksara Batak sangat berkembang pesat. Buktinya, adanya naskah-naskah kuno dari Karo bahwa mereka sudah mampu membaca dan menulis meskipun medianya bermacam-macam.
Umumnya, Aksara Batak ini banyak ditulis oleh para pria Karo dalam bentuk ratapan percintaan di ruas-ruas bambu.
Tak ayal jika tulisan-tulisan ini terus berkembang dan populer. Beberapa di antaranya sampai sekarang masih terus digunakan.
Melansir dari beberapa sumber, Aksara Batak ini masih termasuk dalam keluarga tulisan India.
Kemudian dalam aksara tersebut terdiri dari dua perangkat huruf yang disebut ina ni surat dan anak ni surat.
Kedua sistem tulisan yang ada di Aksara Batak ini rupanya juga digunakan dalam abjad India beserta abjad-abjad turunannya. Sama seperti aksara yang berkembang di Pulau Jawa yang berasal dari turunan India.
Apabila melihat dari silsilahnya, Aksara Batak ini masih cukup dekat aksara-aksara yang berkembang di Sumatera bagian Selatan, seperti Kerinci, Lampung, hingga bugis yang disebut dengan Surat Ulu.
Perbedaannya dengan aksara lainnya, Aksara Batak ini lebih sering ditulis pada media yang mudah rusak atau lapuk, seperti bambu, kulit kayu, hingga lontar. Kekurangannya, bukti-bukti arkeologis dari tulisan ini bisa termakan usia dan rusak dengan sendirinya.
Berbeda dengan Aksara Jawa yang ditulis pada lempengan tembaga emas, sehingga bukti-buktinya sampai sekarang masih bisa terus diperdalam karena bahannya yang tidak mudah rusak.
Orang-orang Batak dulunya memang tidak terlalu mengenal teknologi berupa lempengan logam atau emas.
Maka dari itu, mereka masih mengandalkan dengan hasil alam untuk media penulisannya.
Aksara Batak sendiri mulai muncul sejak abad ke-18.
Semua itu berubah ketika ajaran agama masuk ke daerah Sumatera dan mempengaruhi banyak orang.
Di saat momen inilah Aksara Batak mulai mengalami pemudaran.
Tradisi tulis menulis ini semakin memudar saat para misionaris kristani yang menolak penggunaan Aksara Batak dalam penyebaran agama mereka. Bahkan, beberapa aksara ada yang dimusnahkan.
Hal yang serupa juga terjadi saat agama Islam tiba di Pulau Sumatera. Aksara Batak ini mulai ditinggalkan dan hanya bertahan di daerah pedalaman saja.
Seiring berjalannya waktu, tepat pada abad 20, orang-orang Batak mulai mengenali tulisan modern, sehingga eksistensi Aksara Batak ini sudah memudar dan dilupakan.
Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca SelengkapnyaBukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca SelengkapnyaAfrika, yang sering diabaikan dalam sejarah Barat, menyimpan kisah-kisah yang kaya dan beragam.
Baca SelengkapnyaCatatan kuno Jawa mengungkapkan warisan pengetahuan dalam bidang pengobatan tradisional, terutama untuk meredakan penyakit batuk. Simak selengkapnya disini!
Baca SelengkapnyaMenurut para arkeolog, pria ini bukan orang sembarangan, tapi memiliki status sosial tinggi.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Makam Pejabat Mesir Berusia 4.300 Tahun, Isinya Gambar Kehidupan Sehari-Hari Mesir Kuno
Baca SelengkapnyaSebuah makam kuno ditemukan di Provinsi Anhui, China sebelah timur. Makam di situs Wuwangdun ini dibangun pada periode Negara-negara Berperang (475 SM-221 SM).
Baca SelengkapnyaTarian khas Sunda yang unik dan menggambarkan lahirnya serangga kupu-kupu.
Baca SelengkapnyaPara arkeolog mengungkap identitas sisa-sisa manusia dalam makam kerajaan Yunani kuno, dianggap "salah satu kerangka paling penting" di Eropa.
Baca Selengkapnya