Kisah Desa Para Pengembara di Wonogiri, Dulunya Jadi Tempat Bertapa Raden Mas Said
Di desa itu ada sebuah gua yang dulunya sebagai tempat bertapa Raden Mas Said
Di desa itu ada sebuah gua yang dulunya sebagai tempat bertapa Raden Mas Said
Di tengah kawasan hutan pinus yang berada di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, terdapat sebuah kampung tua. Dulunya kampung itu dihuni oleh para pengembara.
Desa itu bernama Temboro. Perangkat Desa Temboro, Pak Ratikno, mengatakan bahwa nama “Temboro” artinya tempat orang mengembara.
Pada zaman dulu, Desa Temboro menjadi salah satu tempat persembunyian Raden Mas Said (Pendiri Keraton Mangkunegaran) dari kejaran pasukan Belanda.
Di Desa Temboro, Raden Mas Said mengajari para warga bercocok tanam. Hingga pada akhirnya banyak warga yang bercocok tanam di Desa Temboro.
“Sawah itu dulunya perkampungan. Karena dibuat lahan pertanian masyarakatnya pindah agak ke sana,” kata Pak Ratikno dikutip dari kanal YouTube Wonogiren.
Pak Ratikno bercerita, dulu di sawah tersebut ada sebuah tongkat. Tongkat itu ditancapkan di bagian tengah-tengah sawah.
Saat bersembunyi di Desa Temboro, warga gotong-royong memberi makan Raden Mas Said. Hingga kini tak jauh dari sawah itu terdapat sebuah batu yang dulu difungsikan sebagai tempat perapian.
“Dari dulu batunya memang seperti ini. Walaupun hujan api yang dinyalakan di batu ini tetap menyala,” kata Pak Ratikno.
Menurut Pak Ratikno, hingga saat ini masih ada peninggalan Raden Mas Said berupa saluran irigasi dan sebuah dam yang dinamakan “Dam Poro Wali”.
Hingga kini, di desa itu ada beberapa tempat yang dianggap sebagai petilasan Raden Mas Said. Salah satunya adalah sebuah goa kecil tempat dia dulu bertapa.
Suasana sejuk terasa di sepanjang perjalanan menuju goa melewati jalan setapak yang sedikit mendaki.
Pak Ratikno mengatakan kalau tempat pertapaan itu sering dikunjungi warga, terutama bagi warga yang hendak mencalonkan diri sebagai kepala desa.
Konon Desa Kedung Glatik sudah berdiri sejak abad ke-15
Baca SelengkapnyaBangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Baca SelengkapnyaMengapa orang Sunda memukul lesung saat terjadi gerhana bulan? begini kisahnya
Baca SelengkapnyaSholawat ini dipimpin oleh Gus Ali Gondrong di Lapangan Desa Purwodadi
Baca SelengkapnyaDi musim kemarau tahun 2023 lalu, desa tersebut kembali muncul ke permukaan.
Baca SelengkapnyaPendengar kesenian ini konon bisa hilang kesadaran dan ikut menari.
Baca SelengkapnyaAsal-usul Desa Mertelu dibuktikan dengan adanya petilasan Migit Tiban yang berasa di Dusun Beji, Desa Mertelu.
Baca SelengkapnyaCerita rakyat pendek bisa Anda berikan kepada si kecil sebagai dongeng pengantar tidur.
Baca Selengkapnya