Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari<br>

Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari

Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Meski telah merdeka, kondisi Indonesia saat itu masih belum stabil. Masih ada banyak pertempuran yang harus dilakoni masyarakat Indonesia untuk mengusir para penjajah dari tanah air, tak terkecuali pertempuran yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah.

Pertempuran ini tidak hanya melibatkan satuan militer saja, melainkan seluruh elemen masyarakat dari berbagai lapisan seperti Tentara Pelajar, Laskar Kere, hingga Laskar Wanita yang berperang melawan tentara Belanda.

Dalam catatan sejarah, ada banyak konflik hingga pertempuran di Solo pada rentang waktu 1945-1949, di antaranya perebutan kekuasaan Jepang, Serangan Umum Surakarta, dan sebuah peristiwa diplomasi perundingan perjanjian gencatan senjata.

Puncak Pertempuran

Mengutip dari situs surakarta.go.id, peristiwa Serangan Umum Surakarta ini juga dikenal dengan peristiwa pertempuran 4 hari 4 malam di Kota Solo menjadi puncak dari berbagai pertempuran yang ada.

Keadaan tersebut ditambah dengan adanya masa transisi perjuangan politik dan diplomatik. Selain itu, Kota Solo sendiri juga menjadi basis besar perkumpulan pemuda yang menjadikan sebagai pusat kegiatan politik hingga pusat industri.

Pertempuran 4 hari 4 malam ini untuk melawan adanya Agresi Militer Belanda II. Untuk wilayahnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu wilayah basis gerilya, wilayah yang diduduki Belanda, dan wilayah yang tidak dikuasai oleh satu pihak.

Pengaruh Perjanjian Roem-Royen

Selain adanya Agresi Militer Belanda II, pengaruh lain dari pertempuran ini adalah diplomasi Indonesia untuk menyelesaikan masalah dalam Perjanjian Roem-Royen pada 14 April 1949.

Menanggapi rumor tidak adanya jalan keluar dalam jalur Diplomasi, membuat Mayor Ahmadhi memutuskan untuk menyusun rencana masuk ke kota "Stra 15 km" apabila terjadi serangan senjata.

Keputusan dalam perjanjian Roem-Royen justru membuat keruh Kota Solo. Kembalinya Yogyakarta ke ibu pertiwi pada tahun 1949 membuat pasukan Belanda di Yogyakarta harus mundur dan ditempatkan di Solo.

Lancarkan Serangan

Pada Agustus 1949, Gubernur Militer mengeluarkan instruksi untuk bertempur 4 hari di Kota Solo. Perintah ini menginstruksikan untuk segera menyerang pos-pos milik Belanda.

Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari. Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.

Berhasil Desak Belanda Mundur

Pada pertempuran ini Belanda dibuat terkejut dengan serangan mendadak dari rakyat Indonesia. Hal ini membuat Belanda harus mengerahkan seluruh armada udaranya.

Meski dihujani bom-bom dari udara, para pejuang gerilya terus melakukan perlawanan dan pertempuran tanpa pandang bulu. Mereka tetap konsisten menyerang pos-pos Belanda lalu masuk ke kampung bersama rakyat lainnya.

Perang ini akhirnya membuat Belanda tersudut dan terkepung tak berdaya. Kemudian, Presiden Soekarno memerintahkan untuk menghentikan baku tembak. Instruksi tersebut menandakan berhentinya pertempuran 4 hari 4 malam itu.

Upaya Merangkul Masyarakat Jakarta agar Dekat dengan Seni
Upaya Merangkul Masyarakat Jakarta agar Dekat dengan Seni

Namun diperlukan dukungan dari berbagai pihak, mencakup pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, serta masyarakat di lingkungan itu sendiri.

Baca Selengkapnya
Kala Gibran Ikut Tanggapi Marak Perang Sarung di Kalangan Remaja Saat Bulan Ramadan
Kala Gibran Ikut Tanggapi Marak Perang Sarung di Kalangan Remaja Saat Bulan Ramadan

Kala Gibran Ikut Tanggapi Maraknya Perang Sarung di Kalangan Remaja Saat Bulan Ramadan

Baca Selengkapnya
Putra Mahkota Surakarta Tabrak Warga, Gibran: Jangan Lari, Harus Tanggung Jawab
Putra Mahkota Surakarta Tabrak Warga, Gibran: Jangan Lari, Harus Tanggung Jawab

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengomentari kasus tabrak lari yang melibatkan putra mahkota Keraton Kasunanan Solo.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Cerita Miris Warga Bangkunat Pesisir Barat Lampung, Seberangi Sungai Antar Jenazah ke Pemakaman
Cerita Miris Warga Bangkunat Pesisir Barat Lampung, Seberangi Sungai Antar Jenazah ke Pemakaman

Sejumlah warga menyeberangi sungai membawa jenazah yang akan dimakamkan di pemakaman itu viral di media sosial

Baca Selengkapnya
Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya
Kenikmatan Pecel Semanggi Surabaya, Berawal dari Kebiasaan Warga Meramban Tanaman di Sekitar Rumah Kini Jadi Warisan Budaya

Kuliner ini punya sejumlah manfaat untuk kesehatan, mulai mencegah diare hingga melancarkan aliran darah

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Warga Pelalawan Diserang Gajah Sumatera, Punggung Robek hingga Dilarikan ke RS
Detik-Detik Warga Pelalawan Diserang Gajah Sumatera, Punggung Robek hingga Dilarikan ke RS

Sebelum gajah menyerang, seorang warga melakukan pengusiran terhadap gajah tersebut.

Baca Selengkapnya
Selamatkan Ndalem Sasono Mulyo, Keluarga Keraton Surakarta Saweran
Selamatkan Ndalem Sasono Mulyo, Keluarga Keraton Surakarta Saweran

Pemkot Solo dan Kementerian PUPR lebih memprioritaskan Alun-alun Utara dan Selatan untuk revitalisasi awal.

Baca Selengkapnya
'Jebolan' Istana & Surakarta, Mayjen Widi Melesat Bakal Jadi Bintang Tiga Termuda di TNI AD
'Jebolan' Istana & Surakarta, Mayjen Widi Melesat Bakal Jadi Bintang Tiga Termuda di TNI AD

Mayjen Widi Prasetijono baru saja mendapatkan kenaikan pangkat sebagai letnan jenderal dan memakai bintang tiga di pundak. Ia akan menjadi bintang tiga termuda

Baca Selengkapnya
Menilik Kondisi Kota Surabaya Tahun 1600-an, Dua Putra Bupati Berebut Jadi Pemimpin
Menilik Kondisi Kota Surabaya Tahun 1600-an, Dua Putra Bupati Berebut Jadi Pemimpin

Surabaya pernah jadi daerah paling kuat di Jawa bagian timur

Baca Selengkapnya