Merajai Dunia Sastra Jawa Kuno Selama 7 Abad, Ini 3 Fakta Menarik Kakawin
Merdeka.com - Di Nusantara, karya sastra telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Bahkan sejak era Jawa Kuno, telah banyak para pujangga yang telah melahirkan beragam karya sastra.
Pada masa itu, para pujangga banyak menuliskan bentuk puisi tradisional yang berisi doa maupun puji-pujian bagi Dewa maupun Raja. Melansir dari Ullensentalu.com, bentuk puisi itu dikenal dengan nama Kakawin.
Bahkan sebagai satu forman karya sastra, Kakawin merajai dunia sastra Jawa Kuno selama tujuh abad, yakni dari abad ke-9 hingga 15 Masehi.
Lalu bagaimana wujud dari Kakawin itu sendiri? Seberapa besar pengaruhnya bagi dunia sastra Tanah Air zaman sekarang? Berikut selengkapnya:
Berasal dari India
©Sajjad Hussain/AFP
Sastra Kakawin berasal dari India. Sastra jenis itu merupakan karya awal pujangga pada masa Jawa Kuno yang kemudian diajarkan secara turun temurun. Penulisan Kakawin di tanah Jawa diawali pada masa kerajaan Hindu-Buddha di mana waktu itu banyak diajarkan di wihara maupun padepokan.
Memasuki masa kerajaan Islam, Kakawin hadir dalam bentuk tembang dan suluk yang diajarkan para wali di pesantren. Kini, kakawin masih masuk menjadi bahan pengajaran pendidikan modern pada sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya pada muatan lokal bahasa Jawa yang diajarkan di daerah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakara dan Jawa Timur.
Unsur Kakawin
©Wikipedia.org
Dikutip dari Ullensentalu.com, Kakawin merupakan karya sastra yang paling memenuhi konsep falsafah Jawa berupa cara mencapai kesempurnaan hidup. Unsurnya tak jauh berbeda dibandingkan dengan puisi pada umumnya yaitu terdiri dari metrum, bait, dan pupuh.
Pada Kakawin, metrum berpedoman pada dua hal, yaitu panjang pendek vokal yang dikenal dengan istilah guru lagu dan jumlah suku kata dalam satu larik atau baris yang dikenal dengan istilah wittamatra. Dalam satu bait puisi terdiri dari tiga atau empat larik dengan susunan guru lagu dan witamatra yang sama.
Contoh Kakawin Jawa Kuno
©Wikipedia.org
Pada era Jawa Kuno, salah satu Kakawin yang terkenal bernuansa Hindu berjudul “Arjunawiwaha” yang berarti pernikahan Arjuna. Kakawin yang menceritakan tentang kepahlawanan salah satu tokoh Kitab Mahabaratha itu mengajarkan tentang pentingnya keyakinan kepada Tuhan, diri, dunia, dan akhirat, untuk memahami nilai kebenaran.
Selain itu, ada pula Kakawin terkenal bernuansa Buddha yang berjudul “Sutasoma”. Kakawin ini berkisah tentang kehidupan Pangeran Sutasoma yang lahir sebagai penjelmaan Sang Buddha.
Lain halnya dengan Arjunawiwaha, Kakawin Sutasoma mengajarkan tentang sikap toleransi di tengah berbagai perbedaan. Dari Kakawin ini pula motto nasional diambil, yaitu teks “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tapi tetap satu.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Aksara kuno rupanya tak hanya dikenal di Suku Jawa saja, melainkan Suku Batak juga memiliki aksaranya sendiri.
Baca SelengkapnyaIa menuliskan cerita tentang peperangan di Cina pakai aksara Jawa yang membuat banyak orang kagum
Baca SelengkapnyaCatatan kuno Jawa mengungkapkan warisan pengetahuan dalam bidang pengobatan tradisional, terutama untuk meredakan penyakit batuk. Simak selengkapnya disini!
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Dulu, busana ini memiliki makna yang digunakan hanya pada acara-acara formal. Namun, zaman telah berubah, kini telah melebur menjadi pakaian sahari-hari.
Baca SelengkapnyaIsinya bisa seputar lika-liku kehidupan hingga cinta yang dibahas dengan cara menggelitik.
Baca SelengkapnyaFakta tentang burung Kuau Raja yang sempat dinyatakan punah namun kini ditemukan kembali.
Baca SelengkapnyaMembaca kata-kata Jawa singkat memiliki keunikan tersendiri dan dapat memberikan nilai tambah dalam pemahaman budaya serta kebijaksanaan lokal.
Baca SelengkapnyaKata-kata Lebaran Bahasa Jawa memiliki makna yang mendalam dalam budaya dan tradisi Jawa.
Baca SelengkapnyaBukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.
Baca Selengkapnya