Mengintip Pembuatan Cobek Batu Kali di Magetan yang Awet Digunakan hingga Puluhan Tahun, Konon Bikin Sambal Lebih Sedap
Keberadaan blender dan chopper ternyata tak menggantikan cobek batu kali.
Keberadaan blender dan chopper ternyata tak menggantikan cobek batu kali.
Cobek batu kali masih mendapatkan tempat tersendiri di hati ibu-ibu, khusunya mereka yang sangat peduli dengan proses memasak makanan. Meskipun sudah ada blender atau chopper untuk menghaluskan bumbu, konon keduanya tak bisa menggantikan cobek batu kali.
Dua warga Desa Bogoarum, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan, Sumono (45) dan Midi (65) dikenal sebagai perajin cobek batu kali yang andal.
Sumono sudah mulai belajar membuat cobek batu kali sejak 35 tahun silam, yakni saat membantu kakek dan bapaknya. Artinya, sejak remaja Sumono sudah akrab dengan proses pahat memahat batu menjadi cobek.
"Belajar dari membantu kakek, dengan sendirinya bisa mengikis permukaan batu, membentuk dan menggerus bagian tengah, dijadikan bulat untuk membuat cobek. Bapak saya juga membuat, jadi ini sudah kami lakukan mungkin lebih dari 3 turunan hingga saya,” ungkap Sumono, Selasa (26/3/2024), dikutip dari Instagram @diskominfomagetan.
Batu bahan pembuatan cobek didapatkan dari sungai di utara desa yang merupakan jalur Sungai Gandong.
Menurut Sumono dan Midi, batu-batu yang berada di sungai tersebut memiliki kualitas sangat bagus untuk dijadikan cobek.
"Dulu selain cobek dan uleg-uleg, batu kali dibuat untuk nisan, sebelum ada nisandari keramik. Sekarang (batu) hanya untuk pembuatan cobek," terang Midi.
Midi, saudara ipar Sumono menuturkan, sehari ia bisa menyelesaikan satu hingga tiga buah cobek dari ukuran diameter 10 hingga 50 sentimeter. Adapun cobek yang dibuat secara tradisional itu dibanderol seharga Rp50 ribu hingga Rp250 ribu.
Midi dan Sumono mengaku tak kesulitan untuk menjual cobek bikinannya. Pasalnya, selalu ada pedagang yang datang ke desanya untuk kulakan.
Pemasaran cobek batu kali dari Desa Bogoarum tidak terbatas di Magetan, tetapi juga ke daerah-daerah lain seperti Pacitan, Trenggalek, Karanganyar, Madiun, hingga Ngawi.
Saat lebaran, banyak orang mencari cobek batu kali dari Desa Bogoarum untuk oleh-oleh keluarga di Surabaya dan Jakarta.
Midi dan Sumono mengungkapkan, cobek dan uleg-uleg batu kali bikinan mereka awet digunakan hingga puluhan tahun.
Ratna, salah satu warga Magetan mengaku ada perberdaan rasa ketika sambal dibuat menggunakan batu cobek dari batu kali dengan diblender.
"Sambal lebih sedap dibuat menggunakan cobek, mungkin ada unsur mineral ya. Bumbu masakan juga lebih enak saat dihaluskan pakai cobek," ungkapnya.
Kendati ada blender di rumahnya, Ratna kerap memilih menghaluskan bumbu dan membuat sambal menggunakan cobek batu kali.
Pisau blender yang mulai kehilangan ketajamannya sering kali diatasi dengan menggunakan cangkang telur atau garam. Namun, ada metode lain yang juga efektif.
Baca SelengkapnyaPenggunaan blender dalam membuat makanan anak ternyata bisa berdampak buruk pada anak.
Baca SelengkapnyaWalau terbuat dari kayu, ulekan tradisional khas Cikanyere ini kuat.
Baca SelengkapnyaKetika dimasak dengan hanya tiga bahan dapur, beras yang awalnya keras dapat bermetamorfosis menjadi lembut. Berikut adalah langkah-langkahnya.
Baca SelengkapnyaKetika dimasak dengan hanya tiga bahan dapur, beras yang awalnya keras dapat bermetamorfosis menjadi lembut. Berikut adalah langkah-langkahnya.
Baca SelengkapnyaTernyata cobek batu tak cukup hanya dibersihkan dengan air saja, butuh teknik tersendiri untuk merawatnya.
Baca SelengkapnyaDengan metode ini, ceker ayam dapat dimasak hingga lunak dengan sangat cepat serta mudah dipisahkan dari tulang. Ini cara lengkapnya.
Baca SelengkapnyaTernyata, untuk menciptakan beras ketan yang lembut, tidaklah perlu menghabiskan waktu berjam-jam selama proses pengukusan. Ayo lihat cara melakukannya.
Baca SelengkapnyaMencicip kuah bakso yang hangat dan gurih memang sangat lezat, khuussnya pada saat suhu dingin. Ternyata inilah cara membuatnya.
Baca Selengkapnya